Friday, February 13, 2015

Kodetifikasi Bilangan Prima

Mufasir modern sepakat bahwa al-Qur'an dalam peng­gambarannya sangat istimewa, karena struktur sistematikanya matematis.1 Al-Qur'an menggunakan kodetifikasi bilangan pri­ma secara bertingkat: surat, ayat, kata, dan huruf. Dua dekade yang lalu, pembahasan masalah seperti ini merupakan hal yang sensitif, karena bisa dipandang "memperkosa" ayat-ayat al­-Qur'an. Di satu sisi, tingkat penemuan yang membahas angka­angka masih "dangkal" -- sehingga kurang menarik. Namun kini, dengan banyaknya alat bantu seperti komputer dan ke­majuan di bidang sains yang berhubungan satu sama lain, studi mengenai "kodetifikasi" al-Qur'an makin menampakkan hasil­nya yang luar biasa. Tentu saja, walaupun isinya sama. Hanya al-Qur'an mushaf Ustmani saja yang dipakai, dan hanya versi itulah yang memenuhi kriteria kodetifikasi al-Qur'an, sebagaimana bahasa aslinya pada saat wahyu diturunkan.  
Penomoran surat dan penempatan ayat disusun berdasar­kan petunjuk Nabi, tidak sama dengan urutan turunnya wahyu. Hal ini membingungkan para mufasir klasik selama berabad­abad dan menjadi sasaran kritik para Orientalis. Sekarang telah diketahui, karena di samping susunan isinya yang serasi dan harmonis, pembaca yang serius akan menemukan contoh­-contoh struktur bilangan prima dari ratusan struktur yang ada. Istimewa sekali karena struktur tersebut menggunakan bilang­an prima kembar, di samping ujicoba dengan menggunakan Hukum Benford untuk "melihat keaslian" al-Qur'an.
 
Apa benar dalam al-Qur'an terdapat kodetifikasi tertentu? Mana mungkin dalam kitab "antik" ada struktur matematika­nya?
 
Segala "Sesuatu" dengan Hitungan yang Teliti
 
Paling tidak, terdapat dua ayat yang memberikan informasi bagi kita bahwa al-Qur'an diturunkan dengan "hitungan". Pertama, dalam Surat al-Jinn, Tuhan menciptakan segala se­suatu (kejadian dan semua objek di alam semesta) dengan "hitungan yang teliti satu persatu", yaitu dari kata Arab, 'adad.
 
"Suyaya Dia mengetahui bahwa sesungguhnya rasut-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang sebenarnya ilmu­Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu. (QS al-Jinn 72 : 28).
 
Esensi ayat ini adalah bahwa ilmu Tuhan meliputi segala sesuatu, tidak ada yang tertinggal. Semua kejadian, objek alam, penciptaan di bumi dan langit, dan struktur al-Qur'an, tidak ada yang kebetulan. Semuanya ditetapkan dengan hitungan yang sangat teliti. Sebenarnya bila diketahui, (sebagian) ilmu tersebut meliputi risalah-risalah yang disampaikan dan ilmu yang ada pada para Rasul. Dalam kehidupan modern sekarang pun, kita akan menjumpai "hitungan tersebut", mulai dari yang sederhana sampai yang paling rumit.
 
Oksigen (O2) memberikan kehidupan kepada semua makh­luk di bumi melalui sistem pernafasan; sangat vital. Tetapi bila kelebihan hitungan satu atom, ia akan menjadi ozon (O3); yang bila dihirup manusia boleh jadi menyebabkan bencana. Tetapi bila ditempatkan di atas atmosfer bumi, maka ia sangat berguna untuk menyerap sebagian sinar-sinar ultraviolet yang berba­haya (radiasinya) bagi makhluk di bumi. Demikian juga karbon adalah elemen kimia yang sangat penting bagi semua makhluk hidup, karena semua organisme dibangun dari senyawa kar­bon.2 Tetapi bila ia bersenyawa dengan oksigen yang sama-sama berguna. Senyawa baru tadi menjadi gas yang berbahaya bagi manusia, yaitu CO2
 
Lebih lanjut untuk memahami "hitungan yang terstruktur" atau al-'adad:
 
Hitungan yang sangat teliti atau lebih rumit bisa kita perhatikan pada hormon manusia. Misalnya, C18H24O2 adalah horman estrogen yang bertanggung jawab atas sifat-sifat kewanitaan. Berlebih hitungan satu atom karbon saja, ia menjadi C19H28O2 Hormon testosteron, yang bertanggung jawab atas sifat-sifat pria.3

Hitungan yang terstruktur ditemukan juga pada DNA, sangat rumit dan mencengangkan:
 
Terdapat 3 miliar kode kimia dalam DNA yang harus dipecahkan olch ilmuwan: setiap sel manusia merupakan sebuah ensiklopedia yang memuat informasi sejuta halaman. Setiap individu manusia akan berbeda informasinya terdiri dari sekitar 100 triliun sel, artinya terdapat 100 triliun perpustakaan yang sama. Sebuah gambaran yang sulit dipercaya: 100 triliun x 1000 buku ilmu pengetahuan. Isinya Iebih banyak dari bufir pasir di dunia. Sistern hitungan ini sangat kompleks. Semua makhluk hidup di planet ini telah diciptakan menurut Paparan kode yang ditulis dalam bahasa yang sama.4
 
Kedua, al-Qur'an menjelaskan bahwa untuk menambah keimanan para pembaca kitab (Yahudi, Kristen, Islam, dan lain­nya), maka ia memberikan kita "enkripsi" atau "kode" bilangan 19. Dalam bahasa al-Qur'an disebut "suatu perumpamaan yang sangat aneh", atau matsal. Berguna untuk menambah keimanan dan keyakinan bagi para pembaca yang serius, berpikir terbuka, dan beriman, tetapi menambah kebingungan bagi orang-orang yang berprasangka, tertutup dan "menentang" kitab.
 
Keterangan tersebut dimulai ketika kita membaca Surat al­-Muddatstsir:
 
"Neraka (saqar) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (19) penjaga Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami jadikan bilangan mereka itu untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang­-orang yang diberi al-Kitab menjadi yakin, dan supaya orang-orang yang beriman bertambah iman nya, dan supaya orang-orang Mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang  kafir (mengatankan): 'Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?' " (al-Muddatstsir 74: 29-31)
 
Kisah ini awalnya dimulai ketika-menurut at-Turmudzi, yang meriwayatkan dari sahabat Nabi, Jabir ibn 'Abdillah'5 - sebagian orang Yahudi bertanya kepada sekelompok sahabat Nabi saw, "Apakah Nabi anda mengetahui jumlah penjaga neraka?" Maka turunlah ayat ini kepada Nabi, karena ditanya­kan oleh para sahabat. Riwayat lain menyimpulkan, ketika turun ayat 30 surat ini, Abu Jahal berkata, "Kalian adalah orang­-orang kuat dan pemberani, apakah kalian tidak mampu mengalahkan ke-19 penjaga neraka itu? Salah seorang di antara mereka yang bernama Abu al-Ayad ibn Kaidah al-Jumahiy, berkata dengan angkuhnya, "Dengan tangan kananku kukalahkan sepuluh dan dengan tangan kiriku sembilan".
 
Dari situ, angka 19 menjadi "perumpamaan yang aneh" atau matsa! bagi para ilmuwan yang membaca al-Qur'an. Kare­na ditemukan ratusan struktur matematis yang berhubungan dengan bilangan prima.
 
Struktur Utama
 
Struktur matematis al-Qur'an sangat bervariasi, tetapi yang penting diperlihatkan adalah struktur bilangan prima kembar 19.
 
Struktur Pertama
 
Struktur pertama berhubungan dengan jumlah surat dan banyaknya juz dalam al-Qur'an. Jumlah surat di dalam al­-Qur'an adalah 114. Angka 114 adalah angka ajaib, karena bilangan prima ke-114 adalah 619, dan 114 adalah (6 x 19). Bilangan 619 merupakan prima kembar dengan pasangan 617. Kita ketahui pula, isi al-Qur'an terbagi dalam 30 juz. Angka 30 adalah bilangan komposit yang ke-19, yaitu: 4, 6, 8, 9,10,12,14, 15, 16, 18, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 30.
 
Struktur Kedua
 
Ditemukan kode-kode tertentu sebagai pengawasan paritas. Sehingga isi yang diterima diyakini asli oleh "pembaca", dan tidak berubah.
 
Al-Qur'an terstruktur dalam bentuk 6 x (10 + 9), yaitu 60 surat dengan nomor ayat-ayat yang genap, dan 54 surat dengan nomor ayat-ayat yang ganjil. Contohnya adalah al-Fatihah dengan 7 ayat berarti surat dengan ayat ganjil. Tetapi al-Baqarah dengan 286 ayat merupakan surat dengan ayat genap.
 
Prof. Abdullah Jalghoom dari Yordania menemukan suatu ketentuan paritas dengan kondisi di atas; jumlah ke-60 surat dengan ayat-ayat genap adalah 3.450 atau (345 x 10) dan jumlah nomor surat ke-54 dengan ayat-ayat ganjil adalah 3.150 atau (345 x 9). Total jumlah nomor surat adalah 6.555 atau (345 x 19). Dari sisi matematis, bilangan tersebut adalah 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6+7+....+114=6.555.

Dengan demikian, nomor surat dan jumlah ayat-ayatnya tidak dapat dipertukarkan - jika tertukar - struktur di atas tidak berlaku. Misalnya, Surat al-Fatihah ditukar tempatnya dengan Surat al-Baqarah maka jumlah ayat-ayat yang genap menjadi 3.449 dan jumlah ayat-ayat yang ganjil menjadi 3.151.
 
Struktur Ketiga
 
Parity check juga ditemukan dalam pembagian nomor surat dengan jumlah ayatnya-menjadi satu kesatuan yang tak terpi­sahkan. Al-Qur'an dengan 114 surat terbagi dua susunannya:
 
1. 57 surat yang homogen, di mana nomor suratnya sama dengan jumlah ayat yang dikandungnya, yaitu genap-genap atau ganjil-ganjil .Contoh surah al-Fatihah atau "Pembuka­an' dengan nomor surat 1 atau ganjil, jumlah ayat yang dikandungnya juga ganjil, yaitu 7 ayat. Contoh lain adalah Surat al-Baqarah atau "Sapi Betina". Nomor surat 2 atau genap, jumlah ayat 286 atau genap pula. Surat homogen ini, jumlah nomor surat dan jumlah ayatnya adalah 6.236, atau sama banyaknya dengan jumlah ayat al-Qur'an seluruhnya!
2. 57 surat yang heterogen, di mana nomor suratnya berlawan­an dengan jumlah ayatnya, yaitu genap-ganjil atau ganjil-­genap. Misalnya, Surat Ali'Imran, nomor surat 3 atau ganjil, jumlah ayat 200 atau genap. Jumlah nomor surat dan jumlah ayatnya adalah 6.555 atau sama dengan jumlah nomor surat dari 1 sampai dengan 114, (1+2+3+4+....+114). Dengan rumus sederhana:
 
( N + 1 ) / 2 x N = 115 / 2 x 114 = 115 x 57 = 345 x 14 = 6.555
 
Bila kedua kelompok surat ini dijumlahkan, akan meng­hasilkan bilangan prima: 6.236 + 6.555 =12.791, bilangan prima ke-1.525. Struktur ini merupakan enkripsi antara jumlah nomor surat dengan jumlah ayat al-Qur'an.

TABEL  4.1.
KLASIFIKASISURAT HOMOGEN & SURAT HETEROGEN.6

57 SURAT HOMOGEN
57 SURAT HETEROGEN
NAMA SURAT
No.
su
-
rat
Ayat
NAMA SURAT
No.
su
-
rat
Ayat
Al Fatihah (Pembukaan)
1
7
Al-Imran (Keluarga Imran).
3
200
Al-Baqarah (Sapi Betina).
2
286
Al Maidah (Hidangan).
5
120
An-Nisa' (Wanita).
4
176
Al-An'am (Binatarg Temak).
6
165
At Taubah (Pangampunan).
9
129
AI-A’raf (Tempat Tertinggi).
7
206
Hud (Hud)
11
123
Al-Anfal (Rampasan Perang).
8
75
Ar-Ra'd (guruh)
13
43
Yunus (Yunus)
10
109
Ibhrahim
74
52
Yusuf (Yusuf)
12
111
Al-Hijr
15
99
Maryam
19
98
An-Nahl (Lebah).
16
128
Thaha
20
135
Al-Isra' (Memperjalankan di Malam Hari)
17
111
Al-Anbiya' (Nabi-nabi)
21
112
AI-Kahfi (Gua).
18
110
AI-Mu'minun (Orang-orang yg Beriman)
23
118
AI-Hajj (Haji).
22
78
Asy-Syu'ara' (Para Penyair).
26
227
An-Nur (Cahaya).
24
64
Luqman
31
34
Al-Furqan (Pembeda).
25
77
Ya Sin
36
83
An-Naml (Semut).
27
93
Ash-Shaffat (Yang Bersaf-saf).
37
182
AI-Qashash (Cerita-cerita).
28
88
AI-Mu'min (Orang yang Beriman).
40
85
AI-'Ankabut (Laba-laba).
29
69
Fushshilat (Yang Dijelaskan).
41
54
Ar-Rum (Bangsa Romawi)
30
60
Asy-Syura (Musyawarah).
42
53
As-Sajdah (Sujud).
32
30
Ad-Dukhan (Kabut).
42
59
Al-Ahzab (Golongan yang Bersekutu).
33
73
Al Ahqaaf (Bukit-bukit pasir)
46
35
Saba' (Kaum Saba).
34
54
Muhammad
47
38
Fathir (Pencipta).
35
45
AI-Fath (Kemenangan).
48
29
Shad
38
88
AI-Hujurat (Kamar-kamar).
49
18
Az-Zumar (Rombongan­rombongan).
39
75
Qaf (Qaf).
50
45
Az Zukhruf (Perhiasan).
43
89
Adz-Dzariyat (Angin yg Menerbangkan)
51
60
A!-Jatsiyah (Yang Berlutut).
45
37
Ath-Thur (Bukit).
52
49
AI-Wnqi'ah (Hari Kiamat)
56
96
An-Najm (Bintang).
53
62
AI-Hadid (Besi).
57
29
AI-Qamar (Bulan).
54
55
AI-Mujadilah (Wanita yg Mengajukan Gugatan).
58
22
Ar-Ralrrnnrr (Yang Maha Pemurah)
55
78
AI-Munafiqun (Orang-orang Munafik).
63
11
AI-Hasyr (Pengusiran).
59
29
At-Taghuibun (Hari Ditampakkan Kesalanan-2).
64
18
AI-Mumtahanah (Perempuan yg Diuji).
60
13
AI-Tahrim (Mengharamkan).
66
12
Ash-Shaff (Barisan).
6l
14
AI-Qalam (Pena).
68
52
Al Juma'ah (Hari Jum'at}
62
11
AI-Ma'arij (Tampat-tampat Naik).
70
44
Al-Thalaq (Talak).
65
12
Al-Jin (Jin).
72
28
AI-Mulk (Kerajaan).
67
30
Al-Muddatstsir (Orang yang Berkemul).
74
56
Al Haqqah (Hari Kiamat)
69
52
An-Naba' (Berita Besar).
78
40
Nuh (Nuh).
71
28
'Abasa (la Bermuka Masam).
80
42
AI-Muzzanmmil (Orang yang Berselimut).
73
20
At-Takwir (Menggulung).
81
29
AI-Qiyamah (Hari Kiamat).
75
40
AI-A'Ia (Yang Paling Tinggi)
87
19
AI-Insan (Manusia).
76
31
A!-Ghasyiyah (Hari Pembalasan)
88
26
AI-Mursalat (Malaikat yang Diutus).
77
50
AI-Balad (Negeri)
90
20
An-Nazi'at (Malaikat-malaikat yg Mencabut).
79
46
Asy-Syams (Matahari)
91
15
AI-lnfithar (Terbelah).
82
19
Adh-Dhuha (Waktu Matahari Sepenggalah Naik).
93
11
AI-Muthaffifin (Orang-orang yang Curang).
83
36
Alam Nasyrah (Melapangkan)
94
8
Al-Insyiqaq (Terbelah).
84
25
Al-Qadr (Kemuliaan)
97
5
AI-Buruj (Gugusan Bintang).
85
22
Al-Bayyinah (Bukti)
98
8
Ath-Thariq (Yang Datang di Malam Hari).
86
17
AI-Qari'ah (Hari Kiamat)
101
11
AI-Fajr (Fajar)
89
30
At-Takatsur (Bermegah - megahan)
102
8
Al-Lail (Malam)
92
21
Al 'Ashr (Masa)
103
3
At-Tin (Buah Tin)
95
8
Al-Fil (Gajah)
105
5
Al-'Alaq (Segumpal Darah)
96
19
Quraisy (Suku Quraisy)
106
4
Az-Zalzalah (Kegoncangan)
99
8
AI-Ma'un (Barang-barang yang Berguna)
107
7
Al- 'Adiyat (Kuda Perang yg Berlari Kencang)
100
11
Al-Lahab (Gejolak Api)
111
5
Al Humazah (Pengumpat)
104
9
AI-Iklrlatilr (Memurnikan Keesaan Allah)
112
4
AI-Kautsar (Nikmat yang Banyak)
108
3
AI-Falaq (Waktu Subuh)
113
5
AI-Kafirun (Orang-orang Kafir)
109
6
An-Nas (Manusia)
114
6
An-Nashr (Pertolongan)
110
3
Jumlah
SURAT+
AYAT
Jumlah
SURAT+
AYAT

6.236
6.555

Struktur Keempat
 
Berpasangan sempurna dan simetris. Pemilihan angka 114 sangat luar biasa. Pembaca akan mendapatkan jumlah surat yang sama banyaknya, yaitu masing-masing 38 surat. Partisi kiri dan kanan, atau kelompok 1 dan 3, jumlah nomor surat menghasilkan bilangan yang simetris sempurna sama banyak­nya, dan merupakan kelipatan 19, yaitu (19 x 114). Sedangkan partisi tengah menghasilkan bilangan kelipatan 19, yaitu (19 x 117). Partisi sebelah kiri adalah bilangan yang dapat dibagi habis oleh 2, tetapi bila bilangan tersebut juga dapat dibagi oleh angka 3, maka ia masuk ke partisi tengah. Sedangkan partisi kanan, adalah bilangan yang tidak dapat dibagi 2 dan atau 3, atau juga merupakan sisanya. Lebih detail, dijelaskan dalam Tabel 42.7
 
Struktur Kelima
 
Hanya ada 19 surat, tidak lebih tidak kurang-dari 114 surat-di mana jumlah nomor surat dengan nomor ayatnya me­rupakan bilangan prima (Tabe14.3).
TABEL 4.2 SURAT AL-QUR'AN TERBAGI MENJADI 3 PARTISI SIMETRIS
Dapat dibagi 2
Dapat dibagi 3
Tidak dapat Dapat dibagi 2 & 3

38 surat bernomor: 2, 4, 8,
10, 14, 16, 20, 22, 26, 28, 32,
39, 38, 40, 44, 46, 50, 52, 56,
58, 62, 64, 68, 70, 74, 76, 80,
82, 86, 88, 92, 94, 98, 100,
104, 106, 110, 112.
 

313 surat bernomor: 3, 6, 9, 12,
15, 18, 21, 24, 27, 30, 33, 36,
39, 42, 45, 48, 51, 54, 57, 60,
63, 66, 69, 72, 75, 78, 81, 84,
 87, 90, 93, 96, 99, 102, 105,
108, 111, 114.
 

38 surat bernomor: 1, 5, 7, 11,
13, 17, 19, 23, 25, 29, 31, 35,
37, 41, 43, 47, 49, 53, 55, 59,
61, 65, 67, 71, 73, 77, 79, 83,
85, 89, 91, 97, 95, 101, 103,
107, 109, 113.
 
Jumlah 2.166
Jumlah 2.223
Jumlah 2.166
(19 X 114)!
(19 x 117)
(19 X 114)!

TABEL 4.3 19 SURAT YG JUMLAH NOMOR SURAT & AYATNYA MERUPAKAN BILANGAN PRIMA
No Surat No surat
No ayat
Jumlah
1
AI-Anfal (Rampasan Perang)
8
75
83
2
Ad-Dukhan (ASap)
44
59
103
3
AI-Hujurat (Kamar-kamar)
49
18
67
9
Ath-Thur (Bukit)
52
49
101
5
AI-Qamar (Bulan)
54
55
109
6
AI-Hasyr (Pengusiran)
59
24
83
7
AI-Mumtahanah (Perempuan yg Diuji)
60
13
73
8
AI-Jamu'ah (Hari Jum'at)
62
11
73
9
AI-MuIk (Kerajaan)
67
30
97
10
AI-Insan (Manusia)
76
31
107
11
AI-Mursalat (Malaikat yang Diutus)
77
50
127
12
AI-Infthar (Terbelah)
82
19
101
13
AI-Buruj (Gugusan Bintang)
8S
22
107
14
Ath-Thariq (Bintang Penembus)
86
17
103
15
AI-Lail (Malam)
92
21
113
16
At-Tin (Buah Tin)
95
8
103
17
Az-Zalzalah (Kegoncangan)
99
8
307
18
AI-Humazah (Pengumpat)
109
9
113
19
An-Nashr (Pertolongan)
110
3
113

Struktur Ke
enam
 
Jumlah 19 surat yang pertama dari surat dengan jumlah ayat-ayat bilangan prima merupakan kelipatan 19 sebagaimana ditunjukkan di bawah ini.
 
TABEL 4.4 19 SURAT PERTAMA DARI AYAT-2 BILANGAN PRIMA
 
No
No surat
Nama surat
Banyaknya ayat
1
1
AI-Fatihah (pembukaan)
7
2
10
Yunus(Yunus)
109
3
13
Ar-Ra'd (Petir)
43
4
26
Asy-Syu' ara' (Penyair)
227
5
33
AI Ahzaab (Golongan-golongan)
73
6
36
Yasin
83
7
42
Asy-Syura (Musyawarah)
53
8
43
Az-Zukhruf(Perhiasan)
89
9
44
Ad-Dukhan(Asap)
59
10
45
AI-Jatsiyah (Yang Berlutut)
37
11
48
AI-Fath (Kemenangan)
29
12
57
AI-Nadld (Besi)
29
13
60
AI-Mumtahanah (perempuan yang diuji)
13
14
62
AI-Jumu ah (Hari )um'at)
11
15
63
AI-Munafiqun (Orang-orang yang Munafik)
11
16
76
AI-Insan (Manusia)
31
17
81
AI-Takwir (Menggulung)
29
18
82
AI-Infithar (Terbelah)
19
19
86
Ath-Thariq (Bintang Penembus)
17

Jumlah 969 ( 19 x 51 )

Struktur Ketujuh

Al-Qur'an juga terbagi dua, 29 surat dengan sisipan huruf di permulaan surat
(fawatih), suatu kombinasi misterius dari abjad, seperti nun, shad, alif lam. Semuanya ada 14 huruf Arab yang telah digunakan. Kombinasi-kombinasi huruf itu meru­pakan awalan, dengan 2 surat pengecualian, hanya pada surat Makiah. Angka 29 adalah bilangan prima, bilangan ke-10. Sisanya 85 surat, dengan faktor prima 5 dan 17, tidak mempu­nyai sisipan huruf. Berhubungan dengan perintah shalat, 5 kali sehari berjumlah 17 raka'at.
 
Dari 29 surat yang mempunyai sisipan ini, terstruktur sebagai berikut:

19 surat di mana kombinasi hurufnya merupakan ayat tersendiri. Contohnya adalah Surat al-Baqarah, surat nomor 2. Sisanya, 10 surat, hurufnya bukan merupakan ayat tersendiri.
 
19 surat di mana nomor suratnya bukan bilangan prima. Contohnya, Surat Thaha, surat nomor 20. Sisanya,10 surat, bernomor bilangan prima: 2, 3, 7, 11, 13,19, 29, 31, 41, dan 43. Coba perhatikan, surat 19 ditempatkan pada urutan nomor 6 dari urutan bilangan prima pada 10 surat tadi, artinya (6 x 19 =114), sama banyaknya dengan jumlah surat al-Qur'an. Jumlahnya pun: 2 + 3 + 7 + 11+ 43 = 197, 199 merupakan bilangan prima kembar, bilangan prima ke-46.

Surat 19 , Maryam, merupakan surat yang ke-10 dari 29 surat
ini.
 
TABEL 4.5 TABEL SURAT FAWATIH, 29 SURAT
No
No
surat
Ayat 
Nama
Inisial
No
No
surat
Ayat
Nama
Inisial
1
2
286
AI-Baqarah
A.L.M
16
30
60
Ar-Rum
A.L.M
2
3
200
Ali' Imron
A.L.M
17
31
39
Luqman
A.L.M
3
7
206
AI-A'raf
A.L.M.S
18
32
30
As-Sajdah
A.L.M
9
10
109
Yunus
A.L.R
19
36
93
Yasin
Y.S
5
ll
123
Hud
A.L.R
20
38
RB
Shad
S
6
12
111
Yusuf
A.L.R
21
40
95
AI-Mu' min
M.M
7
l3
93
Ar-Ra' d
A.L.M.R
22
91
54
Fushshilat
H.M
8
14
52
Ibrahim
A.L.R
23
92
53
Asy-Syura
H.M.'A.S.Q
9
IS
99
AI-Hijr
A.L.R
29
43
89
Az-Zukhruf
H.M
10
19
9a
Maryam
K.H.Y.A.S
25
49
59
Ad-Dukhan
H.M
I1
20
135
Thaha
T.H
26
95
37
AI-Jatsiyah
H.M
12
26
227
Asy-Syu' ara
T.S.M
27
96
35
AI-Ahqaf
H.M
13
27
93
An-Naml
T.S
28
50
45
Qaf
Q
14
29
88
AI-Qashas
T.S.M
29
68
52
AI-Qalam
N
15
29
69
AI-Ankabut
A.L.M
-
-
-
-
-
 
Coba perhatikan susunan surat pada tabel sebelumnya. Su­rat al-'Ankabut atau "Laba-laba", terletak di posisi tengah, de­ngan nomor surat 29. Sebelumnya terdapat 14 surat fawatif dan sesudahnya juga terdapat 14 surat fawatih. Surat fawatih ini mulai dari surat nomor 2, al-Baqarah, sampai dengan nomor 68, Surat al-Qalam. Posisi ini simetris murni. Lebih lanjut, surat ke-5 dari tengah (15) adalah surat nomor 19, dan surat ke-5 setelahnya adalah surat nomor 38, atau (2 x 19). Perhatikan pula, dari Surat Maryam nomor 19 sampai akhir, ada 19 surat fawatih. Demikian pula, sebelum Surat Shad nomor 38, terdapat 19 surat fawatih.
 
Struktur atau bentuk (10 + 19) surat-surat ini makin jelas, karena baik Surat Maryam maupun Surat Shad sama-sama ter­letak di posisi nomor 10, dari urutan depan dan dari urutan belakang.
 Apakah Muhammad saw yang Mengatur Itu?
 
Profesor Bassam Jarrar8 menemukan bahwa, selain pengaturan jumlah huruf-huruf sisipan tadi, turunnya surat teratur berdasarkan nomor urutan dan jumlah huruf sisipan.
 
1.    Surat al-Qalam, bernomor 68, adalah surat pertama fawatih yang turun dengan sisipan huruf Nun. Fawatih ini tidak diulangi (hanya satu kali), karena berikutnya surat 50, Qaf, dengan huruf qaf. Diulang kedua kalinya pada ayat pertama surat 42, asy-Syura. Di sini menariknya: surat ketiga yang muncul adalah surat nomor 38, Shad, dengan huruf fawatih shad. Diulang hingga tiga kali pula, yaitu ayat pembukaan pada surat nomor 7 dan nomor 19. Lalu, apa artinya? Artinya, turun pertama kali, nun dipakai satu kali. Turun kedua, qaf dipakai 2 kali. Turun ketiga, shad, dipakai 3 kali.

2.       Di antara surat fawatih, surat nomor 2 sampai dengan surat
nomor 68, terdapat 38 surat bukan fawatih, atau (2 x 19)! Lebih lanjut, bilangan 38 ini sama dengan kemunculan huruf fawatih: Alif, Lam, Mim, dan sebagainya.

TABEL 4.6 JUMLAH KEMUNCULAN HURUF FAWATIH
 
No Inisial/fawatih Muntul (kali) No Inisial/fawatih Muncul (kali)
1 A.L.M 8 8 T.S 3
2 A.L.M.S 1 9 Y.S 1
3 A.L.R 6 10 5' 3
4 A.LM.R 1 11 H.M 7
5 K.H.Y.'A.S' 1 12 H.M.'A.S.Q 1
6 T.H 1 13 Q 2
7 T.S.M 2 14 N 1
Jumlah 20 Jumlah 18
Jumlah total = 20 + 18 = 38 atau ( 2x19 )
 
Coba perhatikan surat-surat fawatih ini. Mereka disusun sangat unik, simetris satu sama lain, dan surat nomor 29 dile­takkan di tengah-tengah 29 surat.
 
Dengan kata lain 114 surat al-Qur'an ditandai dengan 19 surat yang membentuk bilangan prima-jumlah nomor surat dan ayatnya. Ditandai pula dengan 29 surat fawatih, di mana dalam 29 surat itu di-enkripsi dengan 19 surat lagi berupa huruf fawatih yang merupakan ayat tersendiri. Simetris sempurna karena surat bernomor 29 diletakkan di tengah diapit simetris oleh surat 19 dan surat bernomor 38 atau (19 x 2). Sedangkan sisanya 85 surat, (17 x 5), adalah hasil kali dua bilangan prima kembar berhubungan dengan shalat. "Kebetulan" kata Allah yang ke-19 berdampingan dalam satu ayat dengan kata shalat yang ke-17 dalam Surat an-Nisa' ayat 103, bukan surat fawatih (dijelaskan dalam Bab Shalat).
 
Kita lihat juga dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk kombinasi huruf fawatih ada 14 bentuk, sama dengan huruf Arabnya, yaitu sisipan dari: N, Q, H, S, T, 'A, Y, H, K, R, 'Sh, M, L, A.
 
Surat al-'Ankabut: Penengah, Sistem Heksagonal, Gelembung Alam Semesta
 
Surat nomor 29, al-'Ankabut atau Laba-laba, atau surat penengah, karena terletak di tengah-tengah surat fawatih, urutan ke-15. Berjudul laba-laba karena dalam surat ini terdapat hanya satu ayat yang menceritakan "rumah laba-laba", yaitu pada ayat 41. "Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba­laba" (al-'Ankabut 29 :41).
Lalu mengapa al-Qur'an menunjuk rumah laba-laba sebagai perumpamaannya?
 
Dalam matematika, bilangan 29 adalah bilangan prima kembar dengan pasangan 31. Bagian paling menarik dari surat ini adalah hubungan antara "rumah laba-laba" yang berbentuk hexagonal atau bersudut 6 dengan bilangan prima kembar, serta hipotesis susunan (banyak) alam semesta.
 
Bentuk heksagonal, dengan segi 6 bersudut 60° adalah bentuk geometri yang paling efisien dalam memanfaatkan se­mua area yang ada, karena dengan volume yang sama tetapi didapat dengan jumlah keliling yang paling sedikit, dibanding­kan bentuk segi lainnya9 - misalnya, segi 8 atau segi 5. Tidak heran pola heksagonal ini-menurut NASA - dapat ditemukan di mana-mana, di alam semesta, baik teratur (tertutup) maupun tidak teratur (terbuka), karena efisien. Misalnya, sarang laba­laba, sarang (sel) lebah, molekul atom, sel surya, kabel serat optik, buah jeruk, dan kristal es yang membeku 10. Hipotesis dari para ahli kosmos di Inggris, misalnya, Sir Martin Rees: bentuk (banyak) alam semesta seperti tersusun dari dengan ukuran yang sama sebuah gelembung kecil yang dikelilingi 6 gelem­bung-gelembung lainnya-menjadikan bentuk yang paling kompak dengan pola heksagonal. Lalu mengapa angka 6? Ilmuwan matematika berpendapat bahwa umumnya kelipatan angka 6 selalu diikuti oleh bilangan prima baik sebelumnya atau sesudahnya. Bahkan beberapa di antaranya membentuk bilangan prima kembar yang istimewa; bilangan 29 dan 31, di tengahnya terdapat angka 30, (6 x 5). Bilangan 17 dan 19, di tengahnya angka 18, (6 x 3), dan bilangan 5 dan 7, di tengahnya angka 6. Bilangan lainnya adalah 41 dan 43, di tengahnya angka 42 (6 x 7). Susunan seperti ini, yang diyakini oleh sebagian besar ahli astrofisika sebagai susunan multi universes; yaitu 1 + 6. (satu di tengah, dikelililingi 6 lainnya).
 
Faktanya, Surat al-'Ankabut bernomor 29, pada ayat 41 (laba-laba): kedua-duanya adalah bilangan prima kembar, de­ngan angka yang diapit bilangan 30 dan 42, merupakan pola heksagonal pula atau sistematika angka 6.
 
Sehubungan dengan angka 41, kriptogram Frank Drake menggunakan kode 1271 garis : produk dari bilangan prima 31 dan 41. Peralatan ini dapat dipergunakan untuk memecahkan kode komunikasi antargalaksi, yang diterima dari sinyal-sinyal ETI, Extra Terrestrial Intelligent.11
 
Nah, sekarang pembaca mendapat pengertian baru, mengapa struktur jumlah surat al-Qur'an "kebetulan" merupa­kan rangkaian matematik (19 x 6), dengan koefisien angka 6, yang sebelumnya tidak terungkap. Sekali lagi, bilangan prima kembar 5 mewakili jumlah shalat dalam sehari, prima kembar 7 mewakili lapisan langit dan bumi (7lapisan dimensi/alam), 17 mewakili jumlah rakaat shalat,19 mewakili kalimat basmallah dan struktur al-Qur'an, dan 29 mewakili surat-surat fawatih. surat-surat lainnya menggunakan bilangan prima 31 dan 41, misalnya Surat ar-Rahman dengan bilangan 31 dan ayat di atas menggunakan bilangan 41. Semua mewakili bilangan prima kembar yang mengapit pola angka 6: 6, 12, 18, 24, 30, 36,....n.
 
Surat "Penengah" ini seolah-olah ingin menunjukkan ra­hasia alam semesta-dari pola heksagonal sarang laba-laba:
 
Sebagian besar astrofisikawan percaya bahwa susunan multi alam semesta ('alamin) mengambil pola heksagonal; di mana "gelembung (bubble) tengah" dikelilingi oleh "6 gelembung lainnya dengan ukuran sama". Susunannya kira-kira sama dengan ice flake, yang dibentuk oleh molekul air. Ini adalah gambaran yang palirng mendekati - karena (multi) alam semesta belum dapat dibuktikan ­ hanya diyakini oleh para ilmuwan dengan pengukuran gaya gravitasi di kosmos dan jalannya cahaya.12
 
Al-Qur'an yang disusun berdasarkan petunjuk Nabi Muhammad (taufiqi), tidak sesuai dengan urutan turunnya wahyu, ternyata mempunyai struktur yang spesifik. Penempatan surat, ayat, jumlah surat, jumlah ayat, semuanya tersusun sedemikian rupa sehingga kehilangan, bertambah atau tertu­karnya ayat, apalagi tertukarnya surat, membuat kekacauan makna dan struktur tadi. Ini membuktikan bahwa al-Qur'an telah terkodetifikasi secara sempurna sejak 'azali.



1.  Abdullah Arik, Beyond Probability - God's Message in Mathematics, Journal, Submission organisation, hal. 2.
2. Contohnya adalah Dr. Carl Sagan dan Frank Drake, yang menemukan cryptogram untuk komunikasi antar-bintang: pemecah kode komunikasi dari sinyal ETI, Extra Terrestrial Intelligent.
3. Baca lebih lanjut Peter Plichta, God's Secret Formula, atau situs-situs dari Dr. Peter Plichta.
4.Baca Muhammad Abdul Halim, Memahami Al-Qur'an, atau Maulana Muhammad Ali, The Religion of Islam. Di sisi sains, 'Arsy adalah wilayah hyperspace, dimensi lebih tinggi dari alam semesta kita yang dikenal. Isi alam semesta, 5% objek angkasa seperti bintang dan planet-planet, 25% dark matter, dan sisanya 70 % adalah dark energy. Elemen kimia, hidrogen, unsur air melimpah ruah (99,9% ), karena H adalah elemen paling ringan. Bintang baru mengubah hidrogen menjadi elemen kimia yang lebih berat, helium. Baca Encyclopedia Outerspace dari David Darling atau keterangan ahli kosmos Sir Martin Rees dan ahli Fisika Teori Dr. Michio Kaku: Our Cosmic' Habitat dan Paarallel Universes.
5.http://www.angelfire.com/on2/daviddarling/Drakecrypto.htm, diterima 23 Desember 2003. Dari 1000 bintang terdekat, telah disisir dengan program komputer belum ada tanda-tanda keberadaan ETI. Namun para ilmuwan tidak putus asa, karena jumlah bintang di luar angkasa jauh lebih banyak daripada jumlah butiran pasir di planet Bumi.
6. Ibid, http://www.angelfire.com/on2/daviddarling/AreciboM.htm, diterima 27 Desember 2003. Antena Arecibo ini diketahui sebagai antena terbesar yang dipasang di planet Bumi, berlokasi di Peru.
7.Ditemukan pertama kali oleh kelomp ok ilmuwan Fakir 60 Amerika Serikat. Selanjutnya, dikembangkan oleh para ahli matematika Muslim, termasuk surat-surat berbentuk bilangan prima dan ayat-ayat fawatih.
8.   Ilmuwan peneliti al-Qur'an di Amerika Scrikat, penulis beberapa artikcl tentang Kitab Mulia.
9.  Harun Yahya, Menyingkap Rahasia Alam Semesta, Dzikra, Mei 2002, hal. 21.
10. Pernyataan NASA: http://www.geocities.vom/capeCanaveral/Hangar /9434/ sfshesag.html, diterima 23 Desember 2003.
11. Kriptogram Frank Drake:
http://www.angelfire.com/on2/david
darling/Drakecrypto.htm, diterima 23 Desember 2003. Teknik terbaru memakai program komputer, ditransmisikan memakai foton (partikel cahaya), bukan sinyal radio lagi.
12. Wawancara BBC mengenai ruang angkasa dan alam semesta: http://216.239.57.1()4/search?q=cache:kiJt6f ixXKAJ:www.bbc.co.uk/science/space/ spacechat/livechat/martin_rees.shtml+hexagonal,universes&hl=en&ie=UTF-8,
diterima 23 Desember 2003. Lebih lengkap baca "Our Casmic Habitat" dari Profesor Sir Martin Rees, seorang ahli kosmos. Gravitasi adalah salah satu gaya dasar di alam semesta yang paling lemah, dari empat gaya dasar yang diketahui.


Di kutip & diedit {dikit aja} dari ebook "Matematika Alam Semesta" oleh Arifin Mufti

Wednesday, February 11, 2015

7. Transmission Protocols - 102 221 v8

Berikut akan diterjemahkan/diedit sebagian standard ETSI TS 102 221 v8 untuk bab 7 saja. Ummm...mungkin +Pena Hijau  mau berbaik hati untuk ikut membatu menerjemahkan hehhee.... :D,

Ok....Beberapa istilah yang perlu diketahui sebelum melangkah lebih jauh :

  • Terminal = handphone
  • UICC =  simcard
  • PPS = Protocol and Parameter Selection
  • ATR = Answer To Reset
  • IFSC = Information Field Size for the UICC
  • IFSD = Information Field Size for the terminal
  • NAD = Node ADress byte
  • PCB = Protocol Control Byte
  • INF = INFormation field
  • EDC = Error Detection Code byte
  • DAD = Destination ADdress
  • SAD = Source ADdress
  • CAT =
Bab 7 ini menjelaskan tentang transmisi protocol yang digunakan selama proses komunikasi data antara terminal dan UICC. Akan dijelaskan pula struktur dan pemrosesan perintah yang diinisialisi oleh terminal untuk transmission control dan spesific control pada transmisi protocol dengan mode asynchronous half dulplex. 
Ada dua jenis protocol yang akan dijelaskan, yaitu character based protocol T = 0 dan block based protocol T = 1.
Kedua jenis protocol ini, T=0 dan T=1, sifatnya mandatory untuk terminal. UICC harus dapat mendukung salah satu atau kedua dari protocol T=0 dan T=1 tersebut.
Penggunaan protocol ini akan dimulai setelah ATR atau PSS telah sukses dilaksanakan.
Protocol ini menggunakan konsep layer OSI, setidaknya ada 4 layer yaitu:
  1. Physical layer. Definisi yang terkandung valid untuk T=0 dan T=1
  2. Data link layer, yang terdiri dari
    1. komponen character
    2. komponen block
    3. identifikasi block
    4. pengiriman block
    5. deteksi transmisi dan pengecekan error
    6. handle errors
    7. protokol synchronize
  3. Transport layer, yang mendefinisikan transmisi pesan application-oriented yang sifatnya spesifik untuk tiap protocol.
  4. Application layer, yang mendefinisikan pergantian pesan yang sesuai untuk setiap protokol aplikasi
Ilustrasinya seperti terlihat di bawah :
7.1 Physical Layer
Protocol T=0 dan T=1 akan menggunakan physical layer dan character frame seperti yang akan disebutkan pada subbab 7.2.1

7.2 Data Link Layer
Subbab ini menjelaskan tentang timing, specific option dan error handling untuk protocol T=0 dan T=1.
7.2.1 Character Frame
Karakter yang dikirimkan melalui I/O line dimasukkan pada character frame. Sebelum transmisi dari suatu karakter, I/O line akan berada pada state H. Berdasarkna kesepakatan yang digunakan, logika '1' pada karakter dapat direpresentasikan oleh state H pada I/O line (direct convention) atau state L pada I/O line (inverse convention).
Setiap karakter terdiri dari 10 bit, yaitu :
  • 1 buah start bit pada state L
  • 8 bit yang merupakan data byte
  • 1 bit untuk even parity checking

Parity bit diset dengan suatu cara sehingga jumlah bit 1 pada karakter frame menjadi genap. Waktu awal ditetapkan diantara akhir state H dan awal dari state L, penerima harus dapat memastikan keberadaan start bit sebelum 0,7 etu(receiver time). Kemudian bit berikutnya akan diterima pada interval (n+0,5 +-0,2)etu (n adalah nomor bit). Start bit adalah 1. 
Dalam suatu karakter, waktu dari leading edge untuk start bit sampai trailing edge untuk bit yang ke-n adalah (n+-0,2)etu. Periode antara leading edge dari start bit dari 2 karakter yaitu (10+-0,2)etu, ditambah guardtime. Dalam kasus transmisi yang tidak ada error, selama guardtime, UICC dan terminal akan berada pada reception mode (baik itu I/O line pada state H), kecuali disebutkan kasus yang lain.
Data pertama yang dikirimkan melalu I/O line adalah most significant byte. Urutan bit dalam byte (apakah LSB atau MSB yang dikirimkan pertama kali) diterangkan lebih lanjut pada character TS yang dikembalikan pada ATR seperti yang terdapat pada ISO/IEC 7816-3.
7.2.1.1 Low Impedance I/O Line Behaviour
Jika low impedance pada I/O line telah dipilih, sebagai hasil dari PPS exchange yang sukses, protocol yang dijelaskan pada subbab ini akan berlaku.
State transmisi didefinisikan sebagai awal periode dari bit pertama dari karakter pertama sampai akhir pada guardtime dari karakter terakhir yang dikirim. Selama state transmisi, pengirim akan mengatur I/O line pada level yang sesuai menggunakan pengatur low impedance, kecuali periode error indication, contohnya karakter guardtime dari T = 0.
Setelah penerimaan karakter terakhir dari suatu command atau response ketika arah komunikasi berubah, pihak yang mempunyai giliran untuk transmit data (terminal atau UICC) harus dapat mengatur I/O line ke level yang lebih tinggi menggunakan low impedance driver selama periode inteface inactivity. Selama periode clock stop, terminal akan mengatur I/O line ke state yang lebih tinggi lagi.
Periode interface inacitivity  berakhir ketika pengiriman command yang baru telah dimulai atau response command tersebut telah dimulai.
7.2.2 Transmission protocol T=0
T=0 adalah karakter half-duplex asynchronous yang berdasarkan transmission procotol. Semua commands yang menggunakan protocol T=0 diawali dari terminal yang mengirimkan 5 byte header, yang menginformasikan UICC apa yang harus dilakukan. Terminal akan selalu bertindak sebagai master dan UICC akan selalu bertindak sebagai slave. Arah transmisi data dianggap telah diketahui oleh masing-masing UICC dan terminal.
7.2.2.1 Timing and Specific Options for Characters in T = 0
Interval minimum antara leading edge dari start bit dari dua karakter yang berurutan paling tidak adalah 12 etu. Interval maksimum antara start leading edge dari suatu karakter yang dikirim oleh UICC dan start leading edge dari karakter sebelumnya yang dikirim baik oleh UICC ataupun terminal adalah WWT. Nilai dari WWT tidak boleh melebihi 960xWIxFi/f. WI adalah bilangan yang diterima pada specific interface byte pada TC2. Jika tidak ada TC2, nilai default dari WI adalah 10. Faktor konversi clock rate, Fi, dan faktor konversi baud rate, Di, dapat/mungkin ditunjukkan pada TA1. Jika TA1 tidak ada maka nilai default yang digunakan adalah 372 dan 1 masing-masing digunakan. Jika nilai WWT telah dilewati, terminal harus mengawali proses deaktivasi dalam 960 etu.
7.2.2.2 Command Header
Command akan selalu diawali oleh terminal yang mengirimkan suatu instruksi ke UICC dalam bentuk 5 byte header yang disebut command header. Command header terdiri dari 5 byte, CLA, INS, P1, P2, dan P3. Byte-byte tersebut dengan datanya dikirimkan dalam bentuk Command-Transport Protocol Data Unit (C-TPDU) untuk T=0. Pemetaan C-APDU ke C-TPDU akan dijelaskan pada sub 7.3. Jika terminal mengirimkan header ke UICC, maka dia akan menunggu procedure byte atau status byte.
7.2.2.3 Command Processing
Ketika UICC telah menerima command header, respond yang berisi procedure byte atau status byte akan dikirimkan ke terminal. Terminal dan UICC dapat menjaga track dari data flow dan siapa yang dapat mengakses I/O-line.
7.2.2.3.1 Procedure Bytes
Procedure byte menunjukkan aksi apa berikutnya yang akan dilakukan oleh terminal. Procedure bytes digunakan untuk menjaga komunikasi antara terminal dan UICC. Procedure bytes ini tidak boleh dikirimkan ke application layer. Koding dari procedure byte dan aksi yang dilakukan oleh terminal ditunjukkan pada tabel 7.1 di bawah :
Setelah aksi tersebut dilakukan, terminal akan menunggu procedure byte atau status word berikutnya.
7.2.2.3.2 Statys Bytes
Status bytes, SW1 SW2, membentuk suatu end sequence yang menunjukkan kondisi dari UICC pada state akhir dari suatu command. Secara normal, akhir dari suatu command ditunjukkan dengan SW1 SW2 = '90 00' (bilangan hex).
7.2.2.4 Error Detection and Correction
Prosedur error detection and correction sifatnya mandatory untuk protocol T=0 kecuali jika terminal berada pada proses ATR. Suatu error, dilihat dari sisi penerima, didefinisikan sebagai parity yang salah. Error ditunjukkan pada I/O line, yang di set ke state L pada (10,5+-0,2)etu setelah leading edge dari start bit untuk setiap karakter. I/O line akan berada pada state L dengan durasi maksimum 2 etu dan minimum 1 etu. Pengirim akan mengecek I/O line untuk indikasi parity error pada (11+-0,2)etu yang berawal dari leading edge dari bit pertama pada karakter yang sedang dikirimkan.
Jika UICC atau terminal yang bertindak sebagai penerima mendeteksi adanya parity error pada karakter yang diterima, maka dia akan mengeset I/O line ke state L pada (10,5+-0,2)etu setelah leading edge dari bit pertama pada suatu karakter selama maksimum 2 etu untuk menunjukkan adanya error ke pengirim data (lihat gambar 7.2). Jika pengirim mendeteksi suatu error yang ditunjukkan pada (11+-0,2)etu yang berawal dari leading edge di bit pertama pada suatu karakter yang sedang dikirim, maka karakter tersebut harus dikirimkan kembali setelah minium delay 2 etu.
7.2.3 Transmission Protocol T = 1
Protocol T=1 adalah protocol transmisi dengan sifat half-duplex asynchronous block. Protocol tersebut dapat diawali dengan kondisi sebagai berikut :
  • Setelah proses ATR karena cold reset
  • Setelah proses ATR karena warm reset
  • Setelah berhasil melakukan proses PSS
Komunikasi akan dimulai ketika suatu block yang dikirimkan oleh terminal ke UICC. Pihak yang mengirimkan data berselang-seling antara terminal dan UICC. Block adalah unit data terkecil yang dapat dikirim dan dapat berisi data aplikasi atau transmission control. Pengecekan terhadapat data yang diterima dapat dilakukan sebelum data berikutnya diterima.
7.2.3.1 Timing and Specific Options for Blocks Sent with T = 1
Pada sub bab ini akan dijelaskan pilihan yang berhubungan dengan waktu, ukuran field informasi dan parameter deteksi error untuk suatu blok yang dikirimkan dengan protocol T = 1.
7.2.3.1.1 Information Field Size
IFSC mendefinisikan panjang maksimum field informasi yang terdapat dalam suatu block yang dapat diterima oleh UICC. Nilai default dari IFSC adalah 32 bytes, nilai yang lain dapat ditunjukkan pada TA3 dari ATR. IFSC juga mendefinisikan panjang maksimum field informasi dalam suatu block yang dapat diterima oleh terminal. IFSD mempunyai nilai default 32 bytes juga untuk terminal dan dapat diubah selama suatu sesi card masih berlangsung. Nilai maksimumnya adalah 254 bytes.
7.2.3.1.2 Character Waiting Integer
Character Waiting Integer (CWI) digunakan untuk menghitung Character Waiting Time (CWT). CWI berkisar antara 0 sampai 5. Nilainya diset pada bit ke b4 sampai b1 pada TB3.
7.2.3.1.3 Character Waiting Time
CWT menunjukkan maksimum delay pada leading edges di 2 karakter berurutan dalam suatu block seperti ditunjukkan pada gambar 7.3 di bawah :
Nilai dari CWT dapat dihitung dari persamaan: CWT = (11+2^CWI)etu. 
7.2.3.1.4 Block Waiting Time
BWT didefinisikan sebagai maksimum delay antara leading edge dari karakter terakhir pada suatu block yang diterima oleh card dengan leading edge karakter pertama pada block berikutnya yang dikirim oleh card. Ilustrasi seperti terlihat :
BTW ini juga digunakan untuk mendeteksi card yang tidak responsive.
7.2.3.1.5 Block Guard Time
BGT didefinisikan sebagai delay minimum antara leading edge dari 2 karakter berurutan yang dikirim dengan arah yang berlawanan. Nilai BGT harus 22 etu.
Delay antara karakter terakhir dari suatu block yang diterima UICC dengan karakter pertama pada block berikutnya yang dikirim oleh UICC harus berada dalam interval :
  • BGT < delay < BWT
7.2.3.1.6 Waiting Time Extension
WTX adalah parameter yang digunakan untuk meminta tambahan waktu untuk memproses suatu command.
7.2.3.1.7 Error Detection Code
Parameter TCi pada ATR digunakan untuk mendefinisikan error deteksi yang mana yang akan digunakan. LRC harus digunakan (b1 = 0). Semua bit pada TCi adalah RFU dan akan diset ke 0.
7.2.3.2 Block Frame Structure
Suatu protocol terdiri dari beberapa block, yang dikirimkan antara terminal dan UICC. Setiap block mempunyai struktur seperti yang terlihat di bawah :
Prologue field dan epilogue field sifatnya mandatory, sedangkan information field optional.

7.2.3.2.1 Prologue Field
Prologue field dibagi menjadi 3 bagian mandatory yaitu :
  • Node ADress byte (NAD), 1 byte;
  • Protocol Control Byte (PCB), 1 byte;
  • Length (LEN), 1 byte;
7.2.3.2.1.1 Node Address Byte

NAD menunjukkan sumber dan tujuan dari suatu block. NAD dapat pula digunakan untuk membedakan beberapa logical connection jika memang terdapat beberapa logical channel. NAD juga dapat digunakan untuk menyediakan Vpp control state (bit b8 dan b4). Karena b8 dan b4 tidak digunakan, maka kedua bit tersebut harus diset ke 0. Struktur NAD seperti terlihat pada gambar di bawah :
Pada block pertama yang dikirim terminal, logical connection dibuat berdasarkan pengalamatan di SAD dan DAD. Block berikutnya dalam NAD yang berisi pasangan address yang sama mempunyai logical connection yang sama pula. Hanya nilai default SAD = DAD = 0 yang disupport. Kombinasi yang lain adalah RFU.
7.2.3.2.1.2 Protocol Control Byte
Semua informasi yang dibutuhkan mengontrol transmisi dikirimkan pada Protocol Control Byte (PCB). Koding dari PCB menspesifikasikan type dari setiap block. Pada protocol T=1, terdapat 2 jenis block yang disupport, yaitu :
  • Information block (I-block): digunakan untuk mengirimkan command dan respon APDU;
  • Receive-ready block(R-block): digunakan untuk mengirimkan ACK
  • Supervisory block(S-block): digunakan untuk mengirimkan control information
Tabel 7.4 sampai 7.9 dibawah memperlihatkan format dari PCB untuk setiap tipe-tipe block yang dimulai dari I-block.
Bit b6 menunjukkan apakah block ini berupa request (b6=0) atau response (b6=1).
7.2.3.2.1.3 Length

Byte length menunjukkan jumlah byte pada field information dari suatu block. Jumlah byte dapat berkisar antara 0 byte sampai 254 byte, tergantung dari type blocknya. Nilai LEN = '00' menunjukkan bahwa field information tidak ada dan nilai 'FF' adalah RFU.
7.2.3.2.1.4 Information Field
Information field, INF, sifatnya optional dan tergantung pada type block dimana field akan digunakan.
7.2.3.2.2 Epilogue Field
Epilogue field berisi byte Error Detection Code (EDC). EDC ini digunakan untuk mengirimkan deteksi error dari block yang telah dikirimkan. LRC yang didefinisikan pada ISO/IEC 7816 harus digunakan.
7.2.3.2.3 Block Notations
7.2.3.2.3.1 I-block
I-blocks dinyatakan sebagai : I(N(S),M) dimana :
  • N(S) adalah nomor send-sequence dari block
  • M adalah mode-data yang digunakan pada chaining function
7.2.3.2.3.2 R-block

R-block dinyatakan sebagai : R(N(R)), dimana :
  • N(R) adalah jumlah I-block yang harapkan
7.2.3.2.3.3 S-block

S-block selalu digunakan secara berpasangan. S(request) selalu diikuti oleh S(response) block. S-block dinyatakan sebagai berikut:
  • S(RESYNCH request), digunakan untuk permintaan resynchronization
  • S(RESYNCH response), digunakan untuk memberikan ACK resynchronization
  • S(IFS request), digunakan untuk menawarkan ukuran maksimum dari information field
  • S(IFS response), digunakan untuk memberikan ACK pada information field
  • S(ABORT request), digunakan untuk permintaan pembatalan dari chain function
  • S(ABORT response), sebagai ACK dari S(ABORT request)
  • S(WTX request), digunakan untuk permintaan penambahan waktu dari waiting time
  • S(WTX response), digunakan sebagai ACK untuk S(WTX request)
7.2.3.3 Error Free Operation

Aturan dibawah menjelaskan tentang operasi error free dengan T = 1.
  • Block pertama yang dikirim ke UICC harus merupaka I-block dengan N(S)=0 atau S-block.
  • Jika pengirim S mengirimkan I(Ns(S),0), block tersebut diberikan ACK oleh receiver R dengan I(Nr(S),M). Isi dari I(Nr(S)) menunjukkan transfer data dan penerima telah siap untuk menerima block selanjutnya dari pengirim.
  • Jika pengirim S mengirim I(Ns(S),1), block tersebut harus diberikan ACK oleh penerima dengan R(Nr(R)), dimana Ns(S) != Nr(R), untuk menunjukkan bahwa block yang diterima telah benar dan penerima telah siap untuk menerima block berikutnya.
  • UICC dapat menggunakan lebih dari BWT untuk memproses block sebelumnya yang diterima, yaitu dengan mengirimkan S(WTX request). Kemudian terminal memberikan ACK dengan S(WTX response). Periode waktu yang baru ini dimulai dari leading edge dari karakter terakhir pada S(WTX response).
  • Untuk mengganti nilai IFSD, terminal mengirimkan S(IFS request). Request tersebut akan di ACK oleh UICC dengan S(IFS response) dengan INF yang sama. IFSD yang baru ini dianggap valid selama tidak ada S(IFS request) yang diterima oleh UICC.
  • Ketika penerima telah menerima sejumlah karakter seperti ditunjukkan pada LEN dan EDC, maka kini giliran penerima untuk mengirimkan block data selanjutnya.
7.2.3.4 Error Handling untuk T = 1

Komponen block dari data link layer dapat mengatasi error seperti :
  • BWT time-out;
  • Menerima block data yang tidak valid, contohnya block dengan parity errors, EDC errors, invalid PCB, invalid length, kehilangan sinkronisasi atau gagal menerima S(... response) setelah mengirimkan S(... request).
Resinkronisasi dari protocol dapat dilakukan dengan 3 level. Jika satu level tidak berhasil, maka dapat digunakan level berikutnya.
  • Untuk terminal, 3 level tersebut adalah :
    • Retransmisi blocks
    • Penggunaan S(RESYNCH request)
    • Card reset atau deactivation
  • Untuk UICC, 3 level tersebut adalah
    • Retransmisi blocks
    • Penggunaan S(RESYNCH response)
    • Tanpa aktivitas/aksi dari terminal, UICC menjadi tidak responsif
7.2.3.4.1 Protocol Initialization
Setelah proses ATR karena warm reset atau prosedur PPS yang berhasil, komunikasi antara terminal dan UICC dapat dilakukan kembali. Tetapi jika terminal gagal menerima block yang error-free, pada permulaan prosedur protokol, maka boleh dilakukan 2 kali usaha berikutnya dalam menerima block yang error-free sebelum UICC tersebut direset kembali atau dideactive.
Jika respond block pertama yang dikirim terminal tidak dikirim dalam BTW, terminal harus mengirim sebuah R(0).
Ketika protokol telah diinisialisasi dan block pertama yang diterima oleh UICC tidak valid, UICC memberikan respond dengan R(0).
Jika terminal gagal untuk menerima block yang error-free selama card-session, maka boleh melakukan 2 usaha lagi dalam hal penerimaan block error-free sebelum S(RESYNCH request) dikirim.
7.2.3.4.2 Block Dependent Errors
Ketika sebuah I-block telah dikirim dan terjadi BWT time-out atau invalid block telah diterima (oleh terminal), sebuah R-block dikirim, dengan meminta N(R)nya untuk I-block yang diharapkan dengan N(S)=N(R).
Ketika R-block telah dikirim dan invalid block diterima atau BWT time-out, maka R-block harus dikirimkan kembali.
Ketika sebuah S(... request) telah dikirim dan terjadi BWT time-out atau response yang diterima bukan S(... response), maka S(... request) tadi harus dikirimkan kembali. Tetapi jika S(... response) telah dikirim dan terjadi BWT time-out atau invalid block diterima oleh terminal, maka R-block yang dikirim. Terminal tidak boleh mengirim S(IFS request) sebelum R-block meng-ACK penerimaan I-block sebelumnya dikirim oleh card.
Ketika UICC mengirimkan S(IFS request) dan menerima block yang invalid, S(IFS request) harus dikirim kembali (sekali saja dalam extra time) untuk menerima S(IFS response). Setelah gagal dua kali untuk menerima S(IFS response), UICC harus tetap berada dalam reception mode.
7.2.3.5 Chaining
Chaining memungkinkan terminal atau UICC untuk mengirimkan data/informasi yang lebih besar dari IFSC atau IFSD. Jika informasi yang lebih besar dari IFSC atau IFSD dikirimkan, maka informasi tersebut harus dibagi dalam beberapa bagian, setiap bagian mempunyai panjang <= IFSC atau IFSD. Setiap bagian harus dikirim dalam I-block menggunakan chaining function.
Nilai M-bit pada PCB di I-block mengontrol chaining function sesuai dengan :
  • M = 0, block yang sekarang tidak terhubung(chained) dengan block berikutnya
  • M = 1, block yang sekarang terhubung dengan block berikutnya
Ketika penerima menrima lebih banyak I-block, R(N(R)) harus dikirim. N(R) = N(S) dari I-block yang diharapkan. Paling tidak ada satu block berantai yang mengikuti.
Suatu physical error, contonya kelebihan buffer, pada UICC dapat menyebabkan error pada proses chaining ini. Untuk membatalkan proses chaining, S(ABORT request) dapat dikirim oleh transmitter atau receiver. Request tersebut harus dijawab dengan S(ABORT response). ketika S(ABORT response) telah diterima, R-block dapat dikirim oleh terminal ataupun UICC untuk memberikan giliran siapa berikutnya yang akan mengirim data.
7.2.3.5.1 Aturan Chaining 
  • Ketika terminal bertindak sebagai penerima, terminal akan menerima rangkaian I-block yang dikirim dari UICC. Panjang setiap block tersebut adalah <= IFSD.
  • Ketika UICC bertindak sebagai penerima, UICC akan menerima rangkain I-block yang dikirim dari terminal. Panjang tiap block harus sama dengan IFSC kecuali block terakhir yang mempunyai panjang antara 0 sampai IFSC.
  • Ketika terminal bertindak sebagai pengirim, semua I-block yang sifatnya chained harus mempunya panjang LEN=IFSC bytes kecuali I-block yang terakhir yang dapat mempunyai panjang antara 0 sampai IFSC.
  • Ketika UICC bertindak sebagai pengirim, semua chained I-block harus mempunyai panjang LEN <= IFSD byte untuk setiap block.
  • Ketika UICC yang bertindak sebagai penerima dan menerima block dengan LEN > IFSC, maka block tersebut harus dibuang dan di-ACK dengan R-blcok dengan bit b1 sampai b4 yang mempunyai nilai 2 pada PCB.
Untuk alasan efisiensi, tidak dianjurkan untuk mengirim I-block yang kosong.

7.3 Transport Layer
Pada bagian ini akan dijelaskan tentang bagaimana APDu dikirimkan antara terminal dan UICC.
7.3.1 Transport of an APDU using T = 0
Berikut akan dijelaskan tentang mapping C-APDU ke R-APDU untuk protokol T = 0, pertukaran APDU dan penggunaan dari GET RESPONSE command untuk kasus 2 dan kasus 4.
7.3.1.1 Mapping of APDUs to TPDUs
Mapping C-APDU ke header command T=0 bergantung kepada kasus command tersebut. Mapping data (jika ada) dan status yang dikembalikan oleh UICC atas R-APDU juga tergantung pada panjang data yang dikembalikan.
Procedure bytes '61XX' dan '6CXX' dikembalikan oleh UICC untuk mengontrol pertukaran data antara transport layer pada terminal dan UICC dan sebaiknya tidak pernah dikirimkan ke application layer dari terminal. Pemroresan command pada UICC tidak sempurna jika dia telah mengembalikan procedure bytes '61XX' atau '6CXX'.
Status normal pada penyelesaian suatu command ditandai dengan UICC yang mengembalikan status words '9000' ke transport layer terminal. Transport layer terminal tidak akan melanjutkan suatu command (sebagai contoh melewatkan R-APDU ke application layer dan menunggu C-APDU dari application layer) pada penerimaan suatu status words (tetapi tidak pada penerimaan procedure bytes '61XX' atau '6CXX') dari UICC. Dalam kasus 4 command, segera setelah diikuti transmisi command data yang sukses ke UICC, transport layer dari terminal akan melanjutkan pemroresan command jika warning status bytes ('62XX' atau '63XX') atau status byte yang berhubungan dengan applikasi ('9XXX' kecuali '9000') diterima.
Mapping data di bawah dan status yang dikembalikan UICC atas R-APDU adalah untuk informasi dan hanya berlaku setelah UICC menyelesaikan pemroresan dari command, sukses atau tidak, dan semua data (jika ada) telah dikembalikan oleh UICC dalam kontrol procedure bytes '61XX' dan '6CXX'. Informasi lebih detail untuk penggunaan procedure bytes INS, __INS, dan '60' tidak dijelaskan.
Status yang dikembalikan oleh UICC harus berhubungan dengan command yang terbaru yang diterima saat ini. Dalam hal GET RESPONSE yang digunakan untuk menyelesaikan pemroresan command untuk kasus 2 atau kasus 4, status yang dikembalikan oleh UICC setelah menerima GET RESPONSE harus berhubungan dengan perintah GET RESPONSE, bukan dalam kasus 2 atau 4 dimana dia diselesaikan.
7.3.1.1.1 Case 1
C-APDU dimapping ke C-TPDU dengan memasukkan nilai '00' ke bagian body (P3='00').
Alurnya sebagai berikut :

  • Transport layer terminal mengirimkan T = 0 command header ke UICC.
  • Pada penerimaan command header tersebut pada UICC, dalam kasus pemroresasn normal atau abnormal, UICC akan mengembalikan status ke transport layer terminal. UICC akan menganilisa T = 0 command header untuk menentukan apakah pemroresannya termasuk dalam kasus 1 atau kasus 2 yang meminta semua data sampai panjang maksimum yang tersedia.
  • Pada penerimaan status dari UICC, transport layer terminal tidak akan melanjutkan pemroresan dari command tersebut.
Lihat lampiran C untuk informasi lebih detail pada pertukaran data antara transport layer pada terminal dan UICC.
Status word yang dikembalikan ke transport layer terminal dari UICC setelah penyelsaian dari suatu command dipetakan ke mandatory trailoer R-APDU tanpa perubahan apapun.
7.3.1.1.2 Case 2

C-APDU dipetakan ke C-TPDU tanpa perubahan apapun.
Alurnya sebagai berikut :

  1. Transport layer terminal akan mengirim T = 0 command header ke UICC.
  2. Pada penerimaan command header di UICC:
    1. Pada pemroresan normal akan mengembalikan data dan satus ke transport layer termianl. UICC akan menggunakan procedure bytes '6CXX' (dan jika dibutuhkan, procedure bytes '61XX') untuk mengontrol data yang dikembalikan (lihat di bawah); atau
    2. Pada pemroresan abnormal, UICC hanya akan mengembalikan status saja ke transport layer terminal
  3. Pada penerimaan data (jika ada) dan status dari UICC, transport layer terminal akan menghentikan pemroresan dari command tersebut.
Lihat lampiran C untuk informasi lebih detail tentang pertukaran data antara transport layer terminal dan UICC, termasuk penggunaan procedure bytes '61XX' dan '6CXX'.
R-TPDU dipetakan pada R-APDU tanpa perubahan apapun.
Data (jika ada) dan status yang dikembalikan ke transport layer terminal dari UICC setelah selesainya pemroresan suatu command dipetakan ke R-APDU dengan cara sebagai berikut :
  • Data yang dikembalikan (jika ada) dipetakan ke conditional body dari R-APDU. Jika tidak ada yang dikembalikan, conditional body dari R-APDU dibiarkan kosong saja.
  • Status yang dikembalikan dipetakan ke mandatory trailer pada R-APDU tanpa perubahan apapun.
7.3.1.1.3 Case 3

C-APDU dipetakan ke C-TPDU tanpa perubahan apapun. Lc adalah suatu nilai antara 1 sampai 255.
Alurnya sebagai berikut :

  1. Transport layer terminal akan mengirimkan T = 0 command header ke UICC.
  2. Pada penerimaan command header tersebut, jika UICC :
    1. Mengembalikan procedure byte, transport layer dari terminal akan mengirimkan porsi data dari conditional body C-APDU ke UICC dengan aturan dari procedure byte yang dikembalikan UICC
    2. Mengembalikan status, transport layer dari terminal akan menghentikan pemroresan dari command tersebut.
  3. Jika pemroresan tidak dilanjutkan/dihentikan pada step 2.b, UICC akan mengembalikan status yang diterima dari conditional body C-APDU dan penyelesaian dari pemroresan command.
  4. Pada penerimaan status dari UICC, transport layer terminal akan menghentikan pemroresan dari command tersebut.
Lihat lampiran C untuk informasi lebih detail mengenai pertukaran data antara UICC dan terminal. 
Status word yang diterima oleh transport layer terminal setelah menyelesaikan pemroresan dari suatu command, atau status word yang dikembalikan UICC yang menyebabkan transport layer menghetikan pemroresan command tersebut dipetakan ke R-APDU tanpa perubahan apapun.
7.3.1.1.4 Case 4

C-APDU dipetakan ke C-TPDU dengan menghilangkan byte terakhir (Le).
Alur pertukaran datanya sebagai berikut :

  1. Transport layer terminal akan mengirimkan T=0 command header ke UICC.
  2. Pada penerimaan command header tersebut, jika UICC :
    1. Mengembalikan procedure byte, transport layer terminal akan mengirimkan porsi data pada conditional body C-APDU ke UICC dengan kontrol dari procedure byte yang dikirimkan UICC sebelumnya.
    2. Mengembalikan status, transport layer terminal akan menghentikan pemroresan command tersebut.
  3. Jika pemroresan tidak dihentikan pada step 2.b, conditional body C-APDU yang diterima, UICC akan :
    1. Pada normal processing, akan mengembalikan procedure bytes '61XX' ke transport layer terminal yang meminta untuk memberikan GET RESPONSE command agar dapat menerima data dari UICC; atau
    2. Pada abnormal processing, hanya mengembalikan status saja ke transport layer terminal.
  4. Pada penerimaan procedure bytes atau status pada step 3, jika UICC :
    1. Mengembalikan procedure bytes '61XX' seperti pada 3.a, maka transport layer terminal akan mengirimkan GET RESPONSE command header ke UICC dengan P3 yang nilainya diset ke nilai yang kurang dari atau sama dnegan nilai yang terdapat pada byte 'xx' di '61XX' tersebut; atau
    2. Mengembalikan status seperti pada 3.b yang menunjukkan warning ('62XX' atau '63XX'), atau status yang berhubungan dengan applikasi ('9XXX' tetapi bukan '9000'), maka transport layer dari terminal akan mengirimkan perintah GET RESPONSE dengan Le = '00'; atau
    3. Mengembalikan status seperti pada step 3.b yang tidak termasuk dalam step 4.b, maka transport layer terminal akan menghentikan pemroresan dari command tersebut.
  5. Jika pemroresan command tersebut tidak dihentikan pada 4.c, GET RESPONSE command akan diproses sesuai dengan aturan pada command case 2.
R-TPDU dari UICC yang menunjukkan bahwa UICC telah melakukan perintah yang betul dan yang menunjukkan bawah UICC mempunyai data lebih untuk dikirimkan dengan panjang Luicc bytes. R-TPDU ini dipetakan ke R-APDU tanpa perubahan apapun.
Lihat lampiran C untuk informasi lebih detail tentang pertukaran data antara terminal dan UICC, termasuk penggunaan dari procedure bytes '61XX' dan '6CXX'.
7.3.1.1.5 Penggunaan Procedure bytes '61XX' dan '6CXX'

UICC mengembalikan procedure bytes '61XX' dan '6CXX' ke transport layer terminal untuk menunjukkan cara yang digunakan untuk memperoleh data yang diminta oleh command yang sedang diproses. Procedure tersebut hanya digunakan ketika melakukan pemroresan command pada kasus 2 atau 4 menggunakan T = 0.
Procedure '61XX' memerintahkan transport layer terminal untuk mengeluarkan GET RESPONSE command ke UICC. P3 dari GET RESPONSE tersebut di set ke 'XX'.
Procedure '6CXX' memerintahkan transport layer terminal untuk segera mengirimkan command header sebelumnya dengan P3 = 'XX'.
Penggunaan procedure byte tersebut selama pemroresan error free pada kasus 2 dan 4 dijelaskan di bawah. Dalam kasus terdapat error, UICC dapat mengembalikan status yang menunjukkan error atau warning selain mengembalikan response '61XX' atau '6CXX'.
7.3.1.1.5.1 Case 2 Commands

  1. Jika UICC menerima command header untuk case 2 dan Le='00' (dengan Luicc < 256 bytes) atau Le > Luicc, maka UICC akan mengembalikan :
    1. Procedure bytes '6C Luicc' yang memerintahkan transport layer terminal untuk segera mengirimkan kembali command header dengan P3 = Luicc; atau
    2. Status yang menunjukkan warning atau kondisi error (tetapi bukan SW1 SW2 = '90 00')
  2. Jika UICC menerima command header untuk case 2 dan Le='00' (dengan Luicc=256 bytes) atau Le=Luicc, maka UICC akan mengembalikan :
    1. Data dengan panjang Le (=Luicc) dengan kontrol dari procedure bytes INS, __INS, atau '60' yang diikuti oleh yang status yang berhubugan; atau
    2. Procedure bytes '61XX' yang memerintahkan transport layer terminal untuk segera mengirimkan GET RESPONSE command dengan panjang maksimum 'xx', dimana 'xx' lebih kecil dari Luicc (hal ini dapat terjadi jika buffer data dari card lebih kecil dari Luicc); atau
    3. Status yang menunjukkan warning atau kondisi error (tetapi bukan SW1 SW2 = '90 00').
  3. Jika UICC menerima command header untuk case 2 dan Le < Luicc, UICC akan mengembalikan :
    1. Data yang panjangnya Le dengan kontrol dari procedure bytes INS, __INS, atau '60' yang diikuti oleh procedure bytes '61XX' yang memerintahkan transport layer terminal untuk mengirimkan GET RESPONSE command degan panjang maksimum 'xx'; atau
    2. Status yang menunjukkan warning atau kondisi error (tetapi bukan SW1 SW2 = '90 00').
7.3.1.1.5.2 Case 4 commands

Jika UICC menerima command case 4, setelah pemroresan data yang dikirim dengan C-APDU, UICC akan mengembalikan :

  1. Procedure bytes '61XX' yang memerintahkan transport layer terminal untuk mengirimkan GET RESPONSE command dengan panjang maksimum 'xx'; atau
  2. Status yang menunjukkan warning atau kondisi error (tetapi bukan SW1 SW2 = '90 00').
GET RESPONSE command yang kirimkan akan diperlakukan seperti yang disebukan pada kasus 2 di atas.
7.3.2 Transporation of a APDU using T = 1

C-APDU dikirim dari application layer dari terminal ke transport layer terminal yang sama. Transport layer memetakan C-APDU pada INF I-block tanpa perubahan apapun. I-block selanjutnya dikirim ke UICC. Respond data (jika ada) dan status selanjutnya dikembalikan oleh UICC ke transport layer terminal pada INF I-block. Jika UICC mengembalikan status yang menunjukkan :

  • Warning ('62XX' atau '63XX');
  • Application condition ('9XXX'); atau
  • Kondisi berhasil dari command yang bersangkutan ('9000');
Maka UICC juga harus mengembalikan data (jika memang ada) yang berhubungan dengan command tersebut. Tidak ada data yang harus oleh UICC jika UICC mengembalikan status.
Isi dari INF pada I-block dipetakan ke R-APDu tanpa perubahan apapun dan dikirimkan ke application layer dari terminal. Pengiriman pesan APDU dengan T = 1 dipetakan ke I-block sesuai dengan 4 kasus yang dijelaskan sebagai berikut.
7.3.2.1 Case 1

C-APDU dipetakan ke INF pada I-block tanpa perubahan apapun.
Response yang diterima dari INF pada I-block ini dipetakan ke R-APDU tanpa perubahan apapun.
7.3.2.2 Case 2
C-APDU dipetakan ke INF pada I-block tanpa perubahan apapun.
R-APDU terdiri dari INF I-block atau rankaian INF dari I-block yang diterima pada respon yang sama yang di-chained.
7.3.2.3 Case 3
C-APDU dipetakan tanpa perubahan apapun ke INF atau rangkain dari beberapa I-block yang di-chained.
INF dari I-block dipetakan ke R-APDU tanpa perubahan apapun.
7.3.2.4 Case 4
C-APDU dipetakan tanpa perubahan apapun ke INF atau rangkain beberapa I-block yang berantai.
Response terdiri dari INF I-block atau rangkaian INF I-block yang berantai.

7.4 Application Layer
Protocol application terdiri dari kumpulan pertukaran data antara application layer dan transport layer dari terminal.
Setiap langkah pada pertukaran data application layer terdiri dari pasangan command-response, dimana application layer terminal mengirim perintah ke UICC melalui transport layer terminal, dan UICC memproses command tersebut dan mengirimkan respon ke application layer terminal menggunakan application layer UICC dan transport layer terminal. Setiap command yang spesifik (C-APDU) mempunyai respon yang spesifik pula (R-APDU). Command dan respon disebut sebagai command message dan responsed message. Struktur dari C-APDU dan R-APDU dapat dilihat pada sub bab 10.2.
Command dan response message dapat berisi data. Oleh sebab itu, terdapat 4 kasus yang harus diatur dengan protocol transmisi melalui transport layer, seperti terlihat pada tabel di bawah :
7.4.1 Exchange of APDUs
Gambar 7.14 menunjukkan prinsip dalam pertukaran command dan responsenya
7.4.2 CAT Layer
Layer CAT menggunakan status word dari application untuk menunjukkan :

  • Keberadaan proactive command ke terminal ('91XX');
  • Kegunaan dari respon data ke envelope command oleh terminal (normal '9000', warning '62XX', atau '63XX', pengecekan error '6FXX');
  • Tidak adanya CAT secara sementara untuk menghandle envelope command ('9300'), lihat sub bab 14.6.6.
7.4.2.1 Proactive Command

Dalam kasus status word SW1-SW2 sama dengan '9000', card dapat menjawab dengan '91XX' untuk menunjukkan bahwa proactive command sedang pending. Terminal menggunakan FETCH-APDU untuk mendapatkan pending proactive command tersebut. Terminal mengirimkan respon dari proactive command ke UICC dengan TERMINAL RESPONSE C-APDU.
Jika command dimana card menjawab dengan '91XX' dikirim pada logical channel yang berbeda dengan basic channel, maka terminal akan mengirim  FETCH dan TERMINAL RESPONSE commands ke basic channel.
Mekanisme, yang dijelaskan kemudian untuk kasus 4 C-APDU, yang digunakan bersifat independent dari transport protocol.
7.4.2.2 ENVELOPE Commands
ENVELOPE C-APDU digunakan untuk mengirimkan data ke CAT. Untuk beberapa BER-TLV (contohnya SMS-PP Data Download) yang terletak pada body dari command ini, card dapat mengirim data ke terminal pada ACK channel (e.g RP-ACK) atau pada error channel (RP-ERROR). BER-TLV didefinisikan pada TS 102 223 dan pada access technology dependent specifications.
Command ini termasuk dalam kasus 3 atau 4 dan dijelaskan sebagai berikut.
Case 3 : Negative Acknowledgement

Terminal akan mengangap status word yang diterima sebagai negatif ACK dan menggunakan error ACK channel (e.g RP-ERROR), ketika terdapat status word '6FXX' di R-APDU.
Case 4 : Positive Acknowledgement
Terminal akan menganggap data yang diterima sebagai positive ACK and menggunakan normal ACK channel (RP-ACK), ketika terdapat status word '9000' di R-APDU.
Case 4 : Negative Acknowledgement
Terminal akan menganggap data yang diterima sebagai negative ACK and menggunakan error ACK channel (e.g RP-ERROR), ketika terdapat status word '62XX' atau '63XX' pada R-APDU.