Friday, August 10, 2012

Kunci Pembuka Hati

"Barang siapa yang dibuka dadanya untuk Islam, maka ia berada di tengah-tengah Nur Tuhannya. Neraka waill disediakan bagi oranag yang hasad (keras) hatinya dan tidak berdzikir kepada Allah, orang itu berada dalam kesesatan yang nyata"
Q.S. Az-Zumar ayat 22


Penduduk dunia saat ini kurang lebih 6,5 milyar, kurang lebih 1,5 milyar diantaranya adalah muslim. Masih perlu dipertanyakan apakah semua muslim tersebut termasuk muslim yang taat. Misalnya dalam masalah shalat, kiranya masih ada yang belum shalat atau belum mentaatinya, atau terlebih lagi jika diukur dari kualitas ibadah.

Kenapa demikian ? Karena manusia itu mempunyai dua dimensi kehidupan. Dimensi pertama adalah dimensi lahir, dan kedua adalah dimensi batin. Oleh karena itu sebagai manusia, umat Islam mempunyai kewajiban beribadah dalam dua dimensi yaitu ibadah lahir dan ibadah batin.

Sangat perlu diketahui bahwa agar ibadah itu menjadi kategori yang benar, sesuai tuntunan dan aturan, maka dalam hal ini diperlukan ilmu.

Oleh karena ibadah itu terdiri dari ibadah lahir dan ibadah batin, maka ilmu yang dibutuhkan juga adalah ilmu untuk ibadah lahir dan ilmu untuk ibadah batin. Karena itu pula manusia muslim memerlukan pembimbing (guru) dalam ibadah lahir (dalam istilah lain ilmu syariat) dan perlu pembimbing (guru) dalam hal ibadah batin (ilmu hakikat), sehingga kita sebagai umat muslim harus mampu shalat secara lahir dan batin. Begitu pula dengan ibadah-ibadah lainnya seperti puasa, zakat dan haji harus juga terintegrasi lahir dan batin.

Dimensi batin atau alam batin sangat jauh lebih luas dari alam dhohir. Perlu diketahui bahwa alam dhohir dalam ilmu tasawuf terkenal dengan sebutan alam mulki, yaitu alam dibawah langit pertama yang didalamnya terdapat bumi, manusia, pohon, awan, udara, dan alam semesta lainnya.

Sedangkan alam batin terdiri dari langit ke satu sampai ke tujuh, alam jabarut dan alam lahut. Dengan demikian ibadah manusia itu harus mampu menembus alam-alam tersebut.

Untuk memahami masalah tersebut di atas tidaklah mudah, syaratnya manusia harus betul-betul memahami tentang jati diri yang sebenarnya. Agar manusia mengenal jati diri yang sebenarnya, maka ia harus mencari dan menemukan orang yang menunjukkan hal itu, yaitu seorang ahli/guru khusus yaitu mursyid (istilah tasawuf).

Dalam kitab Sirru asror bahwa dalam tubuh manusia terdapat 4 lapisan ruh. Ruh yang pertama disebut ruh jasmani yaitu untuk kebutuhan hidup jasad/badan. Yang kedua disebut ruh ruhani yaitu untuk keperluan hidup hati (qolbu). Yang ketiga adalah ruh sulthoni yaitu untuk keperluan hidup fuad (mata hati). Dan yang keempat adalah ruh Al-Qudsy yaitu untuk kebutuhan sirri (rasa dalam mata batin) manusia. Dijelaskan dalam kitab sirrul asror, jika seseorang beribadah hanya dengan badan/jasmaninya saja, maka hal itu sebatas dalam alam mulki saja. Jika ia beribadah tembus ke dalam hatinya, maka ia telah beribadah atau berkomunikasi dengan alam samawi (malakut). Jika ibadah kita telah tembus ke fuad (mata hati), maka kita telah beribadah atau berkomunikasi di alam jabarut dan jika ibadahnya telah tembus ke sirri (lapisan yang paling dalam) maka kita telah beribadah/berkomunikasi dengan alam lahut. Yang terakhir inilah yang disebut dengan liqqo Allah (bertemu dengan Allah) atau ru'yatullah (melihat Allah) atau disebut juga "wushul" dimana semua ini hanya bisa dicapai dengan bantuan seorang guru rohani (mursyid).

Untuk bisa memasuki alam lahut itu betul-betul bukan perkara yang mudah. Dalam riwayat Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW bahwa nabi kita mampu masuk ke alam lahut, tapi malaikat Jibril sendiri tidak mampu memasuk alam lahut tersebut. Hal ini karena malaikat Jibril diciptakan Allah dari nur jabarutiyah, sehingga ketika peristiwa mi'raj itu malaikat Jibril hanya sampai pada alam jabarut. Sedangkan Rasulullah SAW masuk kepada Maq'ady sidqin 'inda malikin mu'tadin. Hal yang terakhir ini bukan hanya untuk Muhammand SAW saja, melainkan juga untuk ummat-ummatnya yaitu dengan bantuan/bimbingan guru rohani (mursyid). Dalam kitab mittahus shudur dijelaskan bahwa bilamana Allah berkehendak memberikan kewalian kepada seseorang, maka Allah akan membukakan pintu hatinya sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an surah Ibrahim ayat 27 yang artinya : "Allah mengukuhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh." Arti ucapan yang teguh maksudnya dengan kalimat thoyyibah yang disebut dalam surah Ibrahim ayat 24. Penjelasan tentang dzikir adalah bacaan atau peringatan. Semua kalimat itu termasuk dzikir jadi dzikir itu terbagi menjadi dua, yaitu dzikir jahar (keras) dengan lisan, dzikir khaofi/sir yaitu dzikir yang dilafadkan dalam hati. Sedangkan pintu dzikir yang sebenarnya adalah lorong atau koridor dalam hati kita semua. Pintu ini sudah sangat terkunci kuat oleh perbuatan maksiat yang dilakukan oleh setiap manusia sejak dilahirkan hingga sekarang. Kunci ini semakin kuat dengan adanya penyakit hati seperti sombong, angkuh, ujub, ria, takabbur, sum'ah, malas, dendam, iri hati, dsb. Semakin seseorang banyak melakukan perbuatan maksiat maka semakin terkuncilah hati orang tersebut. Sebagai contoh seseorang terkena penyakit malas, yaitu malas melakukan shalat sunnah, penyakit itu bisa merembes ke malas melakukan shalat yang wajib, bila sudah berani melalaikan yang wajib akan merembes dalam perbuatan mudah melakukan perbuatan mungkar (maksiat).

Oleh karena itu saking pentingnya bagi kehidupan manusia, sesulit apapun pintu hati yang terkunci rapat itu tetap harus dibuka. Alat pembukanya adalah hanya satu yaitu nur ilah (cahaya Allah). Permasalahannya sekarang adalah bagaimana cara menemukan orang yang telah diberi nur ilah dan yang akan menembuskannya pada hati setiap orang yang meminta kepadanya ?

Hal ini memang tidak mudah, tidak semua kyai, ulama, mubaligh bisa melakukan hal tersebut. Dan oleh karena hal ini maka da'wah Islam belum begitu berhasil. Jadi da'wah Islam selama ini hanya kebanyakan masih berupa pelajaran yang diterima oleh telinga dan diteruskan ke otak manusia, tetapi belum mampu menembus ke dalam hati (qalbu) manusia. Hal ini dapat terbukti bahwa walaupun dakwah Islam telah semarak dimana-mana, tetapi masih banyak umat Islam yang belum taat. Sebagai contoh misalnya shalat berjamaah lima waktu sehari semalam, rata-rata mesjid tidak dipenuhi jemaah, hanya pada hari jumat saja dan juga di bulan Ramadhan saja, itupun hanyan di awal Ramadhan, di akhir Ramadhan mesjid sudah mulai surut dari jamaah. Oleh karena itulah sangat penting bagi manusia untuk menerima talqin dzikir dari seorang ulama ahli ruh (mursyid) yaitu seseorang yang telah mendapatkan nur ilahi tadi.

Sehingga apabila manusia telah dapat merasakan nikmatnya dzikir, maka akan terasa sekali suatu kenikmatan yang tak terhingga. Agar terasa nikmat dengan hati, maka dzikir itu harus dengan i'itirab yaitu pengakuan bahwa tidak ada pencipta kecuali hanya Allah SWT, tidak ada pemberi rizki selain hanya Allah, tidak ada yang patut disembah selain hanya Allah. Sehingga mencapai tidak ada maujud selain Allah. Disitulah kita mencapai kenikmatan dzikir tersebut, maka telah dapat dikatakan kita mendekati Allah SWT.

Setiap manusia yang telah bisa berdzikir di muka bumi ini akan dibawa/dijemput oleh Allah SWT ke majelis unsi yaitu majelis kesenangan dan kenikmatan atau majelis yang lepas dari segala kaitan duniawi. Dan dijemputlah orang tersebut ke majelis-Nya untuk bergabung dengan-Nya. Ketika itulah bagi orang tersebut terbuka semua penghalang (hijab) yang menutupi, lalu masuk ke daerah fardaniyah (daerah kemanunggalan), dan dibukalah baginya semua pintu oleh para penjaganya (malaikat).

Demikianlah hal tersebut di atas sebetulnya bukan perkara yang mudah. Oleh karena itu semua orang merasa bodoh dan hina. Tanpa perasaan rendah, hina, dan bodoh, orang tersebut tidak akan sampai kepada Allah.

Seorang sufi memberikan nasihat : "Tempatkanlah kepalamu di bawah telapak kaki orang, jangan menempatkan kaki di atas kepala orang." Dan jangan ada satupun makhluk di dunia ini yang kita hina terlebih kepada manusia, atau sesama muslim karena hal itu akan menjadi hijab (penutup) kita mendekat kepada Allah swt. Tetapi jika kita merasa sebagai yang paling bodoh, paling hina, paling kotor, maka sebenarnya inilah satu kunci seseorang mi'raj kepada Allah SWT. wallahu 'alam. Semoga Allah mencurahkan hidayah-Nya kepada kita semua, amin...

Pada malam Lailatul Qadr. Do'a yang dianjurkan untuk dimunajatkan kepada Allah yang diriwayatkan dari Aisyah ra. Rasulullah menganjurkan mengucapkan :
"Allahumma innaka a'afuun tukhibbul afwufakfu a'annaa yaa kariim"
Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan senang memaafkan, maka maafkanlah kesalahanku,
HR. Al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad.


Dikutip dari :
Buletin Da'wah DKM Al-Murabbi
Jl. Prof. Dr. Ir. Sutami No.122, Bandung 40152



No comments:

Post a Comment