Tuesday, February 3, 2015

Menolak Bencana

Dalam Al-Qur'an, kata bencana disebut dalam delapan term (bahasa Arab), dan yang paling mendekati adalah kata "musibah". Al-Qur'an menggunakan kata musibah untuk sesuatu yang tidak menyenangkan yang menimpa manusia. Di dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa musibah merupakan sesuatu yang menimpa karena ulah manusia dan atas izin Allah SWT. Ini seperti ditegaskan oleh firman Allah : "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. Asy-Syura : 30).

Sejarah Bencana dalam Al-Qur'an
Ada enam bencana alam yang diceritakan dalam Al-Qur'an, yaitu: banjir, gempa, angin topan, petir, hujan batu, kemarau panjang, dan kelaparan. Dan ada banyak ayat dalam Al-Qur'an yang menjelaskan bahwa dosa dan maksiat adalah penyebab utama terjadinya bencana atau musibah sepanjang sejarah umat manusia. Beberapa dijelaskan dalam Al-Qur'an adalah sebagai berikut :

  1. Banjir besar, terjadi di masa nabi Nuh (QS 29:14, 11:40-44, 69:11-12), di zaman nabi Musa (QS 7:133), dan di masa kerajaan Saba' (QS 34:16)
  2. Gempa bumi, menimpa kaum Tsamud di masa nabi Shaleh (QS 7:77-78), menimpa penduduk Madyan, kaumnya nabi Syuaib (QS 7:85, 29:37), dan terjadi pada Bani Israel di zaman nabi Musa (QS 7:155)
  3. Angin topan, melanda kaum 'Ad di era kenabian Hud (QS 69:6-7, 41:16, 46:24, 51:41-42)
  4. Petir, menimpa kaum Tsamud (QS 41:17, 51:43-44)
  5. Hujan batu, melanda kaum Sodom, kaumnya nabi Luth (QS 11:82-83, 7:80-81, 51:33)
  6. Kelaparan dan kemarau panjang, azab bagi Firaun (QS 7:130), dan masa paceklik di zaman nabi Yusuf 
Semua bencana yang disebut diatas disebukan dalam Al-Qur'an sebagai akibat dari dosa dan maksiat yang dilakukan oleh umat-umat terdahulu. Mereka melakukan dosa dan maksiat yang paling berat di mata Allah SWT, yaitu kesyirikan. Perbuatan syirik tersebut juga masih diteruskan oleh umat generasi mutakhir. Mereka berdo'a kepada Allah, tapi juga berharap kepada selain-Nya. Selain sholat di mesjid, juga ngalap berkah dikuburan orang shaled. Disamping menyembelih kurban, juga melarung sesaji kelaut. Mengaku Serambi Mekah, namun tempat maksiat bertebaran di sepanjang pantai. Menerapkan syariat Islam, tapi ladang ganja menjadi sumber nafkah. Sholat jumpalitan, tapi mental korupsi semakin menjadi-menjadi. Naudzubillah min dzalik. Semoga kita bisa menghidarkan diri dan keluarga dari perbuatan syirik dan maksiat.

Bencana bukan karena Maksiat ?
Anda bencana ada hubungannya dengna maksiat, mengapa banyak tempat-tempat maksiat di negara maju, yang mayoritas orang kafir, jarang terkena bencana ? Andai bencana dengan maksiat tidak ada hubungannya, mengapa negeri yang banyak orang sholehnya juga tertimpa bencana? Inilah misteri Ilahi yang mengandung banyak hikmah. Kadang Allah SWT hanya menimpakan musibah kepada kaum durhakan dan ahli maksiat, sebagaimana kaum 'Ad dan Tsamud yang diceritakan dalam Al-Qur'an. Terkadang Allah SWT menimpakan musibah kepada kaum yang di dalamnya terdapat orang sholih juga. Disinilah letak kewajiban berdakwah dan beramar ma'ruf nahi mungkar bagi setiap muslim. Keshalihan individu harus dikembangkan menjadi keshalihan sosial. Sabda Rasulullah SAW: "Demi Allah, hendaknya kalian mengajak kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar. Atau Allah akan menimpakan hukuman kepada kalian, lalu kalian berdoa namun tidak dikabulkan" (HR At-Tirmidzi). Dan firman Allah SWT: "Takutlah pada musibah yang tidak hanya menimpa orang zhalim di antara kalian saja. Ketahuilah bahwa Allah memiliki hukuman yang pedih" (QS. Al-Anfal : 25). Bila mengaitkan bencana dengan maksiat yang dilakukan pendudukya, berarti korban adalah ahli maksiat ? Dari Al-Qur'an surah Al-Anfal :25 dan hadits At-Tirmidzi di atas serta hadits : "Dari ummu salamah, istri Nabi SAW, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Jika maksiat telah menyebar di antara ummatku, Allah akan menurunkan adzab secara umum". Ummu Salamah bertanya: Wahai Rasulullah, bukankah di antara mereka adad orang sholih? Rasulullah menjawab: "Ya". Ummu Salamah bertanya: Mengapa mereka terkena juga? Rasulullah menjawab: "Mereka terkena musibah yang sama sebagaimana yang lain, namun kelak mereka mendapatkan ampunan Allah dan ridho-nya" (HR. Ahmad). Menjadi terang bahwa yang tertimpa bencana, bisa jadi ahli maksiat, bisa juga orang shalih yang terkena bencana akibat kemaksiatan dan syirik. Semoga orang-orang shalih yang menjadi korban bencana dimasukkan oleh Allah SWT kedalam golongan orang-orang yang mati syahid. Dari Abu Hurairah r.a. Nabi SAW bersabda : "Orang-orang yang mati syahid itu ada lima: meninggal karena wabah penyakit, meniggal karena sakit perut, meninggal karena tenggelam, meninggal karena reruntuhan, dan meninggal karena terbunuh di medan perang" (HR Bukhari-Muslim). Hanya Allah yang dapat menghakimi, apakah korban itu termasuk orang shalih atau ahli maksiat. Namun penting kita sadari bahwa bencana terjadi karena dosa dan maksiat seperti yang diceritakan secara gamblang pada kisah-kisah dalam Al-Qur'an.

Menolak Bencana
Bisakah kita menolak bencana atau musibah ? Tentu saja bia, Al-Qur'an menjelaskannya sebagai berikut :
  1. Meminta ampun (ber-istighfar). "Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka (hamba-Nya), sedangkan kamu (nabi Muhammad SAW) berada di antara mereka. Dan tidaklah pula Allah mengazab mereka (hamba-Nya) sedang mereka meminta ampun" (QS. Al-Anfal :33). Imam Al-Qurthubi r.h mengatakan : "Istighfar jika dipanjatkan oleh orang-orang bejat sekalipun bisa menolak terjadinya hal-hal yang buruk dan mampu menepis berbagai kemudharatan", (Tafsir Al-Qurthubi)
  2. Berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari. "Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya adalah orang-orang yang berbuat kebaikan" (QS. Hud:117)
  3. Selalu bersyukur dan beriman. "Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui" (QS. An-Nisaa:147)
  4. Berdoa dan berharap kepada Allah. "Sesungguhnya doa itu bermanfaat pada apa-apa yang telah terjadi (berupa musibah, dll) dan bermanfaat bagi apa-apa yang belum terjadi. Maka wajib atas kalian untuk berdoa wahai hamba-hamba Allah!"  dan "Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa"(Shahid at-Targhiibwat)
Bencana bagi Seorang Mukmin
Bagi seorang mukmin, tertimpa musibah dan mendapatkan kesenangan adalah sama-sama baik akibatnya, karena keduanya merupakan ujian. Sebagaimana suatu musibah, jika dihadapi dengan sabar, itu adalah kebaikan dan sebab pahala. Maka demikian pula kesenangan, jika dihadapi dengan syukur, itu juga kebaikan yang diiringi pahala. Rasulullah SAW bersabda : "Sungguh menabjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya." (HR. Muslim). 

Semoga kita dapat menyikapi bencana dengan bijak.... Aaamiiin....



Di kutip & di-edit dari :
Buletin Da'wah Yayasan & DKM Al-Murabbi, 9 Rabiul Akhir 1436 H, 30 Januari 2015 M, Edisi No.125. Jl. Prof. Dr. Ir. Sutami No.122 Bandung 40152, Telp.022-2009186

No comments:

Post a Comment