Thursday, December 3, 2015

Memaknai Zuhud

Sikap zuhud adalah amalan hati, sangat samar, dan memerlukan kekuatan besar untuk menumbuhkannya. Nabi Muhammad SAW bersabda: "Zuhud itu di sini! Takwa itu di sini! Ketulusan (ikhlas) itu di sini!" seraya menunjuk tangan ke dadanya.
Orang yang mampu menumbuhkan prinsip-prinsip zuhud dalam hatinya telah meneguhkan bangunan tauhid yang kokoh. Hanya Allah-lah yang dia tuju, akhirat adalah negeri tujuan hidupnya, serta tak mudah terpikat oleh rayuan dan gemerlapnya dunia. Dia tidak mengejar hal-hal duniawi, tetapi justru dunialah yang mengerjarnya.
Rasulullah SAW juga bersabda, "Barangsiapa yang keinginannya adalah negeri akhirat, maka Allah akan mengumpulkan kekuatannya, menjadikan hatinya kaya dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina. Namun barangsiapa yang niatnya mencari dunia, Allah akan mencerai-beraikan urusan dunianya, menjadikan kefakiran di pelupuk matanya, dan dunia yang berhasil diraihnya hanyalah apa yang telah ditetapkan baginya." (HR Ahmad).
Jadi, memilih hidup zuhud itu bukan berarti melalaikan tugas, kewajiban, dan tanggung jawab sebagai manusia. Bukan meninggalkan kewajiban untuk mencari nafkah bagi keluarga. Bukan pula berlari dan bersembunyi di gua. Bukan pula meminta kepada Allah untuk segera meninggalkan dunia ini. Namun, zuhud adalah kesadaran jiwa yang selalu kokoh dalam memegang tujuan penciptaan, yakni untuk beribadah. Zuhud adalah kesadaran jiwa bahwa yang selalu mengisi hatinya adalah hanya Allah SWT, bukan selain-Nya. Karena itu, Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani mengingatkan, "Genggamlah dunia di tangan, jangan di dalam hati!"
Ukuran zuhud bukan terletak pada rupa dan bentuk zahir tetapi hakikat zuhud itu terletak di dalam hati.
Imam Hasan Al-Bashri berkata, "Aku telah menjumpai suatu kaum dan berteman dengan mereka. Tidaklah mereka itu merasa gembira karena sesuatu yang mereka dapatkan dari perkara dunia, juga tidak bersedih dengan hilangnya sesuatu itu. Dunia dimata mereka lebih hina daripada tanah. Salah seorang diantara mereka hidup satu atau dua tahun dengan baju yang tidak pernah terlipat, tidak pernah meletakkan pakaian di atas perapian, tidak pernah meletakkan sesuatu antara badan mereka dengan tanah (beralas) dan tidak pernah memerintahkan orang lain membuatkan makanan untuk mereka. Bila malam tiba, mereka berdiri diatas kaki mereka, meletakkan wajah-wajah mereka dalam sujud dengan air mata bercucuran di pipi-pipi mereka dan bermunajat kepada Allah agar melepaskan diri mereka dari perbudakan dunia.
Ketika beramal kebaikan, mereka bersungguh-sungguh dengan memohon kepada Allah untuk menerimanya. Apabila berbuat keburukan, mereka bersedih dan bersegera meminta ampunan kepada Allah. Mereka senantiasa dalam keadaan demikian. Demi Allah, tidaklah mereka itu selamat dari dosa kecuali dengan ampunan Allah. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya kepada mereka."
Orang yang zuhud adalah orang yang selalu bersikap sabar dalam penderitaan, selalu bersikap qanaah (merasa cukup) dengan seluruh pemberian Allah, bertawakkal dan bertakwa, serta yakin dengan keyakinan penuh akan jaminan Allah. Sehingga kita akan mantap dalam beribadah, mempunyai tujuan hakiki dalam hidup, serta menjadikan dunia dan usaha sebagai media untuk persiapan kehidupan abadi di akhirat.
Rasulullah SAW bersabda, "Sekiranya anak Adam memiliki harta sebanyak dua bukit, niscaya ia akan mengharapkan untuk mendapatkan bukit ynag ketiga, dan tidaklah perut anak Adam itu dipenuhi melainkan dengan tanah, dan Allah menerima tobat siapa saja yang bertobat." (HR Bukhari & Muslim).

No comments:

Post a Comment