"Jangan menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerima"
QS. Al-Baqarah ayat 264
Di dalam kitab "Tanbihul Ghafilin" yang ditulis oleh Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi, dikisahkan bahwa suatu ketika Nabi Isa AS berjalan-jalan melewati sebuah desa dan di desa itu ada seorang tukang penatu, kemudian beberapa penduduk desas mengeluh: "Wahai Nabi Isa AS!, tukang penatu itu sering merobekkan pakaian kami lalu ditahannya. Maka tolong do'akanlah kepada Allah agar ia tidak membawa bungkusan itu ke rumahnya." Nabi Isa AS lalu berdo'a, "Ya Allah semoga ia tidak bisa membawa bungkusan pakaian itu ke rumahnya". Tidak lama kemudian tukang penatu itu pergi untuk mengambil pakaian dari para pelanggangnya dan membawa tiga potong roti. Kemudian seorang ahli yang biasa ibadah di gunung datang memberi salam kepada tukang penatu seraya berkata, "Apakah kamu mempunyai roti untuk diberikan kepadaku, agar aku bisa mencium baunya, karena telah sekian lama aku tidak makan roti". Tukang penatu itu memberikan sepotong roti kepada ahli ibadah. Maka ahli ibadah itu berkata: "Wahai tukang penatu, semoga Allah mengampuni dosamu dan membersihkan hatimu". Tukang penatu itu memberikan sepotong roti lagi dan ahli ibadah itu berkata: "Wahai tukang penatu, semoga Allah membangunkan istana untukmu di surga". Kemudian tukang penatu itu sore harinya pulang dengan selamat, sehingga orang-orang desa berkata: "Wahai Nabi Isa AS, tukang penatu itu pulang dengan selamat". Nabi Isa AS bersabda: "Panggillah dia ke sini" Kemudian tukang penatu itu datang menghadap, Nabi Isa AS bertanya: "Hai tukang penatu, apa yang kamu lakukan hari ini ?" Ia menjawab, "Saya didatangi oleh orang ahli ibadah yang dari gunung itu dan ia meminta makanan, maka saya beri tidak potong roti, setipa saya beri sepotong roti ia mendoakan saya." Nabi Isa AS bersabda: "Berikanlah kepadaku bungkusan yang kamu bawa itu, aku ingin melihatnya". Kemudian ia menyerahkannnya. Beliau langsung membukanya dan didalamnya ada ular hitam yang mulutnya diikat dengan tali besi, kemudian Nabi Isa AS bersabda: "Wahai ular hitam", ular menjawab: "Ada apa Nabiyullah". Beliau bersabda: "Bukankah kamu diutus untuk mencelakakan orang ini?" Ular menjawab "Benar, akan tetapi ketika ia didatangi seorang yang ahli ibadah di gunung itu dan meminta makanan kepadanya, ia memberinya. Pada setiap potong roti yang ia berikan, ahli ibadah itu senantiasa berdo'a untuk kebaikan tukang penatu itu dan malaikan mengamininya. Kemudian Allah SWT mengutus malaikat untuk mengekang mulutku dengan tali besi". Nabi Isa AS lalu bersabda,"Perbaikilah tingkah lakumu, dosa-dosamu telah diampuni karena berkah sedekahmu kepada ahli ibadah".
Pada kisah lain, diceritakan sebagai berikut:
Suatu ketika ada seorang pendeta dari kalangan Bani Israil yang beribadah di dalam biaranya selama 60 tahun. Pada suatu hari ia melihat pemandangan yang ada di sekelilingya dan ia sangat terpesona seraya berkata : "Alangkah senangnya jika aku bisa turun ke sana untuk berjalan-jalan dan melihat-melihat pemandangan di sana". Kemudian ia juga turun dengan membawa sepotong roti, lalu di tengah jalan ia bertemu dengan seorang wanita yang merayunya, sehingga ia terpesona dan tidak bisa mengedalikan nafsunya serta berbuat zina dengannya. Dalam keadaan berdosa seperti itu ia memberikan sepotong roti itu kepada pengemis. Singkat kisah pendeta itu meninggal, amal ibadahnya selama 60 tahun ditimbang dan ternyata dosa-dosanya lebih berat. Namun ketika pahala sedekah sepotong roti itu diletakkan pada timbangan, timbangan amal kebaikannya langsung menjadi lebih berat mengalahkan dosanya. Oleh karena itu menurut keterangan bahwa sedekah itu menutup 76 pintu kejahatan.
Memperhatikan kedua kisah tersebut di atas, bahwa ternyata pahala amal sedekah itu sangatlah besar. Do'a Nabi Isa AS tidak mempan atas seorang penatu karena amalan sedekahnya. Begitu juga dengan dosa seorang pendeta yang berbuat zina, ternyata bisa dikalahkan dengan amalan sedekah.
Ini merupakan pelajaran penting bagi kita semua bahwa sedekah berfungsi sebagai penolak bencana. Oleh karena itu, sungguh satu kesalahan apabila ada seseorang yang merasa rugi dengan bersedekah. Memang secara kasat mata atau secara ekonomi bahwa dengan bersedekah harta kita atau uang kita semaking berkurang. Padahal dibalik itu rahasia Allah melipatgandakan amalan sedekah. Salah satunya adalah dapat menolak bencana. Bisa dibayangkan jika kita enggan bersedekah, bisa jadi bencana menimpa kita, maka berapa banyak kerugian yang diderita yang harus dikeluarkan. Sebagai contoh karena tidak mau mengeluarkan sebagian dari harta yang kita miliki, lalu tidak terasa Allah memberinya sakit (nau'dzubillah mindzaalik), berapa besar kerugian yang dikeluarkan, dengan sakit kita tidak bisa bekerja, lalu harta yang sudah kita milikipun harus kita keluarkan untuk berobat. Bukankah itu menjadi kerugian yang lebih besar daripada sedekah yang bisa keluarkan!
Kedua kisah di atas bisa jadi pelajaran, tetapi itu bukan berarti mengajarkan agar kita bebas dengan sengaja melakukan perbuatan dosa, maksiat dan lain-lainnya, lalu disiapkan juga untuk menghapus dosa-dosa tersebut dengan bersedekah. itu BUKAN SAMA SEKALI SEPERTI ITU, kisah yang sengaja dipaparkan di atas lebih mengedepankan pada nilai besarnya fadhilah atau keutamaan sedekah bagi pelakunya. Maksudnya, apabila kita sudah terlanjur melakukan dosa/maksiat yang bisa dapat menimbulkan bencana itu. Tentu saja bahwa sedekah akan memberi banyak manfaat bagi si pelakunya bila betul-betul ikhlas karena Allah SWT saat mengeluarkannya. Ikhlas berarati hanya mengharapkan keridhoan Allah semata, tidak ada sedikitpun imbalan yang diharapkan dari seorang atau makhluk.
Agar sedekah membawa banyak manfaat dan dapat berlipat ganda amal ibadahnya, hendaknya kita memperhatikan perilaku yang dapat membesarkan sedekah disisi Allah SWT. Apa sajakah perilaku yang dapat membesarkan nilai sedekah disisi Allah :
Ini merupakan pelajaran penting bagi kita semua bahwa sedekah berfungsi sebagai penolak bencana. Oleh karena itu, sungguh satu kesalahan apabila ada seseorang yang merasa rugi dengan bersedekah. Memang secara kasat mata atau secara ekonomi bahwa dengan bersedekah harta kita atau uang kita semaking berkurang. Padahal dibalik itu rahasia Allah melipatgandakan amalan sedekah. Salah satunya adalah dapat menolak bencana. Bisa dibayangkan jika kita enggan bersedekah, bisa jadi bencana menimpa kita, maka berapa banyak kerugian yang diderita yang harus dikeluarkan. Sebagai contoh karena tidak mau mengeluarkan sebagian dari harta yang kita miliki, lalu tidak terasa Allah memberinya sakit (nau'dzubillah mindzaalik), berapa besar kerugian yang dikeluarkan, dengan sakit kita tidak bisa bekerja, lalu harta yang sudah kita milikipun harus kita keluarkan untuk berobat. Bukankah itu menjadi kerugian yang lebih besar daripada sedekah yang bisa keluarkan!
Kedua kisah di atas bisa jadi pelajaran, tetapi itu bukan berarti mengajarkan agar kita bebas dengan sengaja melakukan perbuatan dosa, maksiat dan lain-lainnya, lalu disiapkan juga untuk menghapus dosa-dosa tersebut dengan bersedekah. itu BUKAN SAMA SEKALI SEPERTI ITU, kisah yang sengaja dipaparkan di atas lebih mengedepankan pada nilai besarnya fadhilah atau keutamaan sedekah bagi pelakunya. Maksudnya, apabila kita sudah terlanjur melakukan dosa/maksiat yang bisa dapat menimbulkan bencana itu. Tentu saja bahwa sedekah akan memberi banyak manfaat bagi si pelakunya bila betul-betul ikhlas karena Allah SWT saat mengeluarkannya. Ikhlas berarati hanya mengharapkan keridhoan Allah semata, tidak ada sedikitpun imbalan yang diharapkan dari seorang atau makhluk.
Agar sedekah membawa banyak manfaat dan dapat berlipat ganda amal ibadahnya, hendaknya kita memperhatikan perilaku yang dapat membesarkan sedekah disisi Allah SWT. Apa sajakah perilaku yang dapat membesarkan nilai sedekah disisi Allah :
- Harta/uang yang disedekahkan berasal dari harta yang halal, sebagaimana firman Allah dalam Q.S.Al-Baqarah ayat 267 yang artinya : "Nafkahkanlah hartamu di jalan Allah sebagian dari usahamu yang baik". Ayat ini memberi pelajaran kepada kita bahwa dalam mencari harta/uang haruslah dengan cara-cara yang baik dan halal.
- Memberikan dari harta yang sedikit dulu, maksudnya bersedekah itu tidak harus menunggu kita mempunyai banyak harta dulu baru mau bersedekah atau menunggu dulu sampai jadi orang kaya. Berapapun harta yang kita miliki sekalipun sedikit, dari harta itu kita dapat melakukan sedekah kepada orang lain.
- Bersegera mengeluarkan sedekah karena khawatir terburu dipanggil Allah (datang kematian). Hal ini mengandung arti bahwa kita tidak boleh menunda-nunda sedekah, karena kita tidak dapat menjamin sampai kapan umur kita. Apabila kita telah dipanggil, maka amalan sudah tertutup, harta yang kita tinggalkan tidak dapat lagi memberi manfaat kepada kita.
- Bersedekahlah dengan yang baik dan tidak bersedekah dengan yang buruk, karena Allah telah mengingatkan dalam Al-Qur'an yang artinya :
"Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk, lalu menafkahkan darinya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji." {Q.S.Al-Baqarah:267}
Firman Allah ini mengingatkan kita apabila kita bersedekah jangan dengan barang yang buruk/jelek/sudah mau busuk, tetapi bersedekahlah dengan barang yang baik atau bahkan yang paling baik. - Bersedekahlah secara sembunyi-sembunyi karena khawatir akan menimbulkan riya.
- Tidak pernah menyebut-nyebut sedekahnya, karena khawatir pahalanya terputus.
- Tidak pernah menyakiti orang yang diberi sedekah, karena takut dosa sebagaimana firman Allah tersebut di atas.
Demikian uraian tentang sedekah sebagai penolak bencana, semoga kita semua diberi kekukatan oleh Allah SWT baik lahir maupun batin untuk berusaha melakukan sedekah dengan hati yang ikhlas, Amin...
dikutip dari :
Buletin Da'wah DKM Al-Murabbi
Jl. Prof. Dr. Ir. Sutami No.122, Bandung 40152
No comments:
Post a Comment